"Imlek tahun ini adalah Imlek 2560, bila dijumlahkan akan menjadi angka 13, angka keberuntungan PKB," kata salah satu caleg partai berlambang sembilan bintang itu, Daniel Johan, kepada detikcom, Selasa (27/1/2008).
Pada Pemilu Legislatif yang akan berlangsung pada April 2009 mendatang, PKB berada di urutan 13. Bila mendapat kepercayaan untuk memimpin negeri ini, menurut Daniel, PKB akan menjadi berkah dan keberuntungan bagi rakyat Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daniel atau Tjong Nyuk Hao mengaku baru saja bergabung dengan PKB, kira-kira setengah tahun yang lalu. Namun, kedekatannya dengan sejumlah tokoh di partai tersebut telah dimulai sejak lama. Misalnya saja dia berkawan dengan Muhaimin alias Cak Imin tahun 1996.
Saat itu, Cak Imin menjabat Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Muslim Indonesia (PMII), dan dia sebagai Sekjen Hikmabudhi. Hikmabudhi adalah kependekan dari Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia, organisasi yang berdiri di penghujung tahun 1980-an. Keduanya memprakarsai pembentukan Forum Kebangsaan Pemuda Indonesia (FKPI), kelompok pertama yang menolak pencalonan kembali Soeharto sebagai presiden.
Cak Imin pulalah yang menawari Daniel untuk bergabung dengan PKB "Terakhir Cak Imin bilang, 'gabunglah dengan PKB'. Menurut perspektif saya, dalam menjaga pluralitas, PKB adalah garda terdepannya," kenang pria kelahiran Jakarta, 10 April 1972 itu.
Daniel pun mengaku telah mengagumi gagasan-gagasan Ketua Dewan Syuro PKB Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sejak SD. Namun, dia baru benar-benar bertemu dengan Gus Dur pada 1994. Cerita pertemuannya dengan mantan presiden keempat itu pun tergolong unik.
"Waktu itu ada tokoh besar Thailand yang datang ke Indonesia. Seharusnya saya yang menjemput ke Bandara, namun tidak ketemu. Tiba-tiba Gus Dur menelepon saya, 'kamu menjemput tamu, kok tamunya ke rumah saya'" kata Daniel menirukan Gus Dur kemudian tertawa.
"Saya pernah nginep dan sarapan pagi di Istana bersama Gus Dur," imbuhnya lagi.
Sebagai caleg No 2 PKB dari daerah pemilihan Jakarta Utara (Jakut) dan Jakarta Barat (Jakbar), Daniel mengatakan rajin turun ke basis massanya akhir-akhir ini. Hampir 80 - 90 persen usahanya untuk memenangi pemilu memang dilakukannya dengan cara mendekati konstituen. Sementara, sisanya dengan menyebarkan publikasi berupa iklan dan banner, itu pun atas bantuan rekan-rekannya.
Menariknya lagi, simpatisan Daniel lebih banyak bukan berasal dari keturunan Tionghoa. Mereka tersebar di Tanah Merah, Plumpang, Kelapa Gading, Tanjung Priok, Tamboran, Taman Sari, dan Jagalan.
"Mereka menjadi sukarelawan saya tanpa harus dibayar. Kalau keturunan Tionghoa cukup diajak berkomunikasi saja," kata Daniel.
Yakin menang? "Menang nggak menang lillahi taala. Yang penting proses perjuangannya. Kalau kalah kita nggak akan rugi, dalam arti sudah dekat dengan masyarakat," pungkasnya.
(irw/iy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini