Lima tembok yang digrafiti atau dimural itu adalah tembok terowongan kereta api di Jl Kleringan, dua tembok di kawasan Stadion Kridosono Jl Yos Sudarso Kotabaru, di Jl Sultan Agung dan tembok SDN Bumijo Yogyakarta.
Di terowongan KA di Jl Kleringan, tembok seluas 50 meter persegi digrafiti dengan tulisan 'waspada' disertai gambar 3 kejahatan yang harus diwaspadai yakni terorisme, penipuan dan narkoba. Terdapat tulisan 'Lapor Dong'disertai nomor telepon interpol Indonesia 08121247247.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebab kawasan padat lalu lintas merupakan tempat efektif untuk melakukan kegiatan mural/grafiti yang berisi berbagai pesan agar semua masyarakat membaca dan melihatnya. Masing-masing tembok yang digrafiti semuanya dengan gambar dan style berbeda.
Pakem pokok atau tema grafiti/mural yang dilakukan oleh Interpol Indonesia di Kota Yogyakarta saat ini adalah kampanye agar masyarakat mewaspadai adanya kejahatan transnasional seperti terorisme, narkoba, penipuan, korupsi dan lain-lain.
"Semua gambar atau model di tiap tembok berbeda-beda. Yang sama hanya tulisan 'lapor dong, nomor telepon hotline dan logo Interpol Indonesia dan badan pendukungnya," kata Ipras disela-sela memural tembok terowongan Kleringan.
Menurut dia, lima tempat itu akan dikerjakan oleh 10 orang anggota seniman mural/grafiti yang tergabung Komunitas Yorc selama satu hari ini mulai jam 07.30 hingga 21.00 WIB. Tembok seluas antara 40 - 60 meter persegi itu akan menghabiskan 20-an kilogram cat tembok dan belasan kaleng cat semprot di masing-masing tembok yang dimural.
"Tembok SDN Bumijo juga kita mural dengan tujuan agar sosialisasi ini juga bisa mengena pada anak-anak usia sekolah. Sedang di jalan besar dan ramai lebih kita tujukkan pada masyarakat umum," kata Ipras yang sudah 5 tahun menggeluti seni mural dan sudah memural banyak tembok kota Yogyakarta itu.
(bgs/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini