Sejumlah ilmuwan AS dari University of British Columbia bernama Judit Gervain mempunyai jawabannya. Hasil penelitian Gervain dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences. Demikian dilansir dari LiveScience, Kamis (28/8/2008).
Menurut dia, 'bahasa anak' di berbagai budaya memang lebih mudah dengan pola istimewa yang mengulang suara untuk menyebut ibu atau ayah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka pun diperdengarkan akhiran kata yang mengulang suku kata, seperti 'mubaba' dan 'penana'. Mereka juga diperdengarkan kata-kata yang tanpa pengulangan suku kata, seperti 'mubage' dan 'penaku'.
Hasilnya, perkembangan aktivitas otak terjadi bagian temporal dan daerah frontal bagian kiri setiap kata-kata yang memuat pengulangan diputar. Kata yang tidak memiliki suku kata yang diulang tidak mendapatkan respons istimewa dari otak.
Inilah mengapa kata 'mommy' dan 'daddy' menjadi pilihan bagus untuk mengajari bayi. Ini juga yang menandakan adanya kemampuan untuk lebih mudah menerima bentuk suara yang berulang.
"Ini sebenarnya bukan kebetulan bahwa banyak bahasa di dunia memiliki suku kata berulang untuk 'kata-kata anak' mereka," ujar Gervain, mengacu pada kata 'papa' di Italia dan 'tata' yang berarti kakek di Hungaria. (fiq/mei)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini