Mengenang Pemimpin Besar Revolusi dan Musuh Lama

Den Haag - Sejak pemimpin besar revolusi Bung Karno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan pada 17/8/1945, bangsa Indonesia sudah tegak sama tinggi dan sejajar dengan bangsa-bangsa manapun di dunia.

Hal itu dikemukakan Dubes RI untuk Kerajaan Belanda J.E (Fanny) Habibie pada upacara detik-detik proklamasi di kebun Wisma Duta, Wassenaar, 17/8/2008.

Fanny mengajak untuk bersama-sama memberikan penghormatan tinggi kepada Bung Karno dan Hatta, segenap pejuang dan pahlawan, serta para pendahulu bangsa.

"Jasa-jasa dan pengorbanan mereka harus kita balas dengan menjaga kedaulatan dan keutuhan negara kita, serta bekerja keras mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan tersebut," kata Fanny.

Secara menyolok pada kesempatan sakral itu hadir dalam jumlah besar para veteran perang Belanda bekas musuh tempur TNI dan rakyat Indonesia, puluhan perwira prajurit TNI AL dari proyek pembuatan kapal RI Iskandar Muda tipe korvet dari galangan Vlissingen, para ekspat, tokoh masyarakat dan mahasiswa.

Terhadap para veteran itu Fanny mengatakan agar tetap diperlakukan dengan hormat sebagai manusia dan sebagai prajurit.

"Mereka dulu bertempur dalam rangka tugas negara. TNI dan segenap rakyat melawan mereka juga dalam rangka tugas dan bela negara. Bukan masalah personal. Terhadap mereka kita harus tetap hormat," tambah Fanny.

Para veteran Belanda itu usianya rata-rata sudah 80-an tahun ke atas. Saat dikirim ke Indonesia untuk melakukan agresi militer, usia mereka saat itu baru sekitar 19-an tahun. (es/es)