"Saya berjualan bendera, umbul-umbul dan pohon pinang ini sejak 6 Agustus 2008 yang lalu," ujar Yasmin ketika ditemui detikcom di Jl Tambak, Jakarta Pusat, Sabtu (16/8/2008).
Di trotoar jalan itulah, Yasmin menggelar barang dagangannya. Ada satu lagi penjual bendera di lokasi itu, namun masih bersaudara dengan Yasmin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Yasmin adalah seorang pengumpul barang bekas. Dia mendapatkan upah Rp 30 ribu untuk setiap barang bekas yang dijual ke penampung.
Yasmin menjual bendera dengan berbagai ukuran dan harga. Untuk bendera platik berisi seratus lembar, Yasmin menjualnya dengan Rp 5 ribu. Sedangkan bendera kain dihargai antara Rp 20 - Rp 50 ribu per helai.
Yasmin mengambil keuntungan Rp 1000 dari setiap bendera yang terjual. "Saya satu hari ini untuk jual bendera baru laku dua. Biasanya tahun lalu lebih ramai dari sekarang," ujar Yasmin sambil menyeka keringat di dahinya.
Untuk pohon pinang, kata Yasmin, dia menjualnya Rp 90 - Rp 100 ribu, dengan keuntungan Rp 50 ribu per batang. Sejak berjualan, Yamin mengaku telah menjual 100 batang pohon pinang yang didatangakannya dari Sukabumi dan Bogor.
"Sekarang nggak laku, karena jarang ada yang mengadakan pertandingan," kata bapak empat anak itu.
Lantas apa arti kemerdekaan bagi seorang Yasmin? Meski Indonesia sudah 63 tahun merdeka, namun Yasmin mengaku belum merasakan manfaat kemerdekaan itu.
"Ya mungkin negara sudah merdeka, tapi bagi saya belum, karena saya terjajah oleh perekonomian," pungkas Yasmin. (mei/ken)