"Jujur, saya dan teman-teman yang terlibat ikut menyesal bahwa niat baik kami berujung kepada kesulitan bagi Suster Hj. Andi Rabiah. Namun kami lebih menyesalkan bila ada pihak-pihak lain yang menggunakan Suster Hj. Andi Rabiah sebagai βvehicleβ dalam berpolitik," kata Ipang Wahid, konsultan komunikasi Soetrisno Bachir yang juga sutradara iklan 25 Frames Production, dalam rilisnya yang diterima detikcom, Jumat (15/8/2008).
"Kami berharap biarlah Suster Hj. Andi Rabiah kembali ke 'kehidupan nyata'-nya. Seandainya iklan televisi versi Suster Hj. Andi Rabiah dirasa menyulitkan dirinya, kami mohon maaf dan akan dengan senang hati kami hentikan penayangannya," sambung Ipang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ipang menjelaskan seri iklan Soetrisno Bachir (SB) yang dibuatnya memaparkan 'turunan' dari seri sebelumnya, Hidup adalah Perbuatan. Di 3 iklan kali ini, versi 'Firman', 'Stefano' dan 'Suster Apung', pihaknya melakukan pendekatan 'sharing knowledge' dengan menggunakan momentum Hari Kemerdekaan. Pendekatan yang tergolong baru dalam dunia perpolitikan Indonesia ini didasari konsep 'menebar kebaikan' seluas-luasnya.
Melalui iklan televisi ini, beragam kisah keberhasilan tokoh maupun komunitas, dipaparkan.Β Dalam versi 'Firman' sebagai anak muda yang sukses dengan 500 waralaba dalam 2 tahun, ditonjolkan semangat kemandirian dan berwirausaha. Dalam versi 'Stefano' yang adalah juara olimpiade matematika, ditonjolkan kegigihan dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia. Sementara dalam versi 'Suster Apung', yang adalah relawan kemanusiaan yang mengarungi lautan demi menolong orang lain yang sakit, ditonjolkan semangat kepedulian terhadap orang lain yang begitu gigih dan tak mengenal lelah.
"Tujuan akhirnya jelas, agar dapat menjadi inspirasi bagi yang menonton dan dapat diteladani. Agar muncul Stefano-Stefano, Firman-Firman, dan Rabiah-Rabiah yang lain di Indonesia. Sebuah tujuan yang siapapun pasti akan menganggapnya mulia," jelas Ipang. (asy/asy)