Sekitar 200 meter arah selatan dari Jalan Pramuka Raya, jalan kecil itu berada. Nama Supriyadi mengingatkan pada sebuah nama tokoh dan pahlawan Pembela Tanah Air (PETA) di Blitar. Tapi, mengapa jalan bernama pahlawan relatif sempit? Lagi pula papan nama jalannya juga tidak elit.
Agak mengherankan. Karena di sekitar jalan itu, tidak ada nama jalan nama tokoh atau pahlawan. Di sekitar kawasan itu, jalan-jalan itu bernama buah-buahan, seperti Jl Rambutan, Jl. Mangga, Jl. Kemuning, dan lain-lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jalan ituย sama sekali tidak terkait dengan sang pahlawan yang hilang misterius sejak 63 tahun lalu itu. Jalan itu diberi nama Supriyadi karena dulu di kawasan itu tinggal seorang tokoh masyarakat yang dihormati bernama Supriyadi. Dia, juragan becak.
"Dulu ada seorang tokoh masyarakat yang dihormati. Namanya Supriyadi. Makanya orang-orang sepakat memberi nama jalan itu Supriyadi," terang Ketua RT setempat Askodar saat ditemui detikcom, Selasa (12/8/2008) kemarin.
Jalan itu sendiri dibangun pada tahun 1975 sebagai bagian dari proyek Muhammad Husni Thamrin (MHT) yang mulai dicanangkan sejak 1969 oleh Gubernur DKI Ali Sadikin. Sebelum menjadi sebuah jalan berukuran lebar 4 meter dengan panjang 100 meter seperti sekarang ini, dulunya jalan itu hanyalah sebuah jalan setapak.
"Baru setelah ada proyek MHT Ali Sadikin jalannya dibangun jadi begini," jelas Askodar.
Saat ini Supriyadi sudah meninggal. Rumah yang dulu ditinggalinya telah dijual kepada orang lain. Anak-anaknya tinggal memencar tanpa ketahuan jelas rimbanya. Meski namanya tetap dikenang, namun agaknya tidak demikian dengan orangnya. Terbukti orang-orang muda daerah itu tidak mengetahui kisah Supriyadi.
Tono, misalnya. Lelaki berumur 30 tahun ini mengaku tidak tahu mengapa jalan itu dinamakan Jl. Supriyadi. "Wah tidak tahu mas. Pokoknya dari saya lahir namanya sudah Jl. Supriyadi," kata dia. (sho/asy)