"Saya nggak berani narik kesimpulan. Kita tunggu dari uji balistik," kata Wakapolres Jakarta Pusat AKBP Heri Wibowo di sela-sela demo anti Ahmadiyah di depan Istana Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (4/8/2008).
Menurut Heri, peluru itu ditembakkan dari sebuah ketinggian. Namun belum bisa dipastikan apakah dari sebuah gedung bertingkat atau dari helikopter. "Saya tidak berani menduga," kata Wakapolres saat ditanya apakah peluru ditembakkan dari sebuah gedung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Heri mengatakan, peluru kaliber 9 mm kebanyakan digunakan oleh senpi genggam jenis pistol (glock 17 singheur) dan sebagainya. Namun peluru tersebut dapat juga dilepaskan dengan senjata bahu atau jenis karaben (laras pendek). Yang menggunakan kaliber 9 mm antara lain senjatanya MP 5, SS 1 bikinan Pindad serta jenis Uzzi bikinan Israel.
Berikut petikan wawancara dengan Wakapolres Jakarta Selatan AKBP Heri Wibowo (HW):
Jadi (peluru) ditembakkan dari mana?
HW: Itu dari sebuah ketinggian
Dari gedung bukan?
HW: Saya tidak berani menduga
Kalau dari Hotel Mulia?
HW: Saya juga tidak berani ngomong begitu
Kalau dari helikopter?
HW: Nggak berani komentar lah
Peluru itu kalau dilihat dari hasil tembakannya, kira-kira memang diarahkan ke ruangan itu atau ruangan yang lain?
HW: Dari hasil penyelidikan, peluru itu memang diarahkan ke ruangan tersebut
Kalau gitu kena orang mati nggak?
HW: Jelas mati
Peluru nyasar atau bukan ?
HW: Saya nggak berani narik kesimpulan. Kita tunggu dari uji balistik
Kalau dari lapangan tembak?
HW: Setelah saya sisir di lapangan tembak tersebut tidak ada sarana yang bisa menembakkan laras panjang yang bisa menembakkan hingga lantai 11. (gus/iy)