Pengakuan itu antara lain disampaikan Oke Magazine. Majalah ini mengklaim tidak pernah mendapat protes akibat tampilannya yang sering mengumbar aurat kaum hawa. Bahkan majalah yang baru terbit mulai Mei 2008 tersebut diminta untuk tampil lebih vulgar lagi.
"Nggak ada (protes). Malah dikritik untuk lebih berani lagi. Mereka masih suka yang gaya-gaya seperti itu. Memang selera pasarnya seperti itu," ujar pegawai bagian tata usaha Oke Magazine, Eko, dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (15/7/2008).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eko menuturkan, Oke Magazine memperoleh perizinan layaknya media lainnya. Mereka menggunakan nama PT Pop Grup Media dengan bergerak di bidang penerbitan dan pencetakan.
Dengan banyaknya dukungan dari masyarakat dan perizinan yang sudah semestinya, Eko berharap tidak ada kejadian dengan majalah tempat dia bekerja seperti yang terjadi pada majalah Playboy.
"Kita latar belakangnya beda. Kalau playboy bawa nama Amerika. Sentimen politik masyarakat Indonesia terhadap Amerika sangat kuat. Makanya kalau ada protes, Playboy tidak jauh dengan sentimen politik," jelas Eko.
Sementara itu bagian marketing X2 Men's Magazine, Agung mengaku tidak khawatir majalah akan ditertibkan. "Ya nggak apa-apa, kan banyak majalah yang sama," kata Agung.
Menurut Agung, pihaknya pernah diberi peringatan oleh Dewan Pers atas gambar yang dipajang di majalah tersebut. Meski demikian, X2 Men's Magazine tidak akan berhenti terbit. "Karena konsepnya seperti itu," pungkas Agung.
(nik/iy)