Nikmatnya Berwisata dengan Mobil Mewah di Sabang

Nikmatnya Berwisata dengan Mobil Mewah di Sabang

- detikNews
Senin, 23 Jun 2008 01:25 WIB
Sabang - Bila kita jalan-jalan ke Kota Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam, jangan heran bila melihat mobil-mobil mewah berseliweran. Mobil mewah sekelas Honda Odyssey, Toyota Celica, Mercedes Compressor atau Audi jadi pemandangan lumrah di jalan-jalan Kota Sabang.

Mobil-mobil mewah ini juga banyak disewakan pemiliknya disewakan bagi para pelancong yang ingin jalan-jalan ke obyek-obyek wisata di Sabang. Harga sewanya cukup murah bila melihat kenyamanan dan gengsinya. Karena harga sewa per hari mobil-mobil mewah ini Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu.

Banyaknyanya mobil mewah si Sabang karena untuk membeli harga mobil-mobil mewah di sana sangat murah. Misalnya Odyssey bekas yang bisa dibeli dengan harga cuma Rp 60 juta. Padahal di daerah lain di Indonesia harga Odyssey bekas harganya masih berkisar Rp 280 hingga Rp 300 juta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan untuk memboyong mobil sekelas Celica dua pintu yang harga bekasnya masih di atas Rp 300 jutaan, di Sabang harganya hanya RP 90 juta.

Tapi jangan senang dulu. Sebab mobil-mobil mewah tersebut hanya bisa digunakan di Sabang saja. Kalau mau di bawa ke daerah-daerah lain di Indonesia, mobil bekas eks Singapura itu harus membayar bea masuk sebesar 40 % plus pejak pertambahan nilai dan PPh serta uang-uang pelicin lainnya. Kalau dihitung-hitung harganya hampir sama dengan mobil-mobil bekas merek serupa di Sumatera maupun Jawa.

Masuknya impor dengan harga miring karena Sabang ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas internasional. Semua barang-barang dari luar negeri bisa bebas masuk ke wilayah ini. Sehingga mobil-mobil bekas, khususnya dari Singapura membanjiri daerah yang luasnya hanya 121 km persegi itu.

Hiruk-pikuk pelabuhan Sabang sempat terhenti akhir 2003 ketika pemerintah menerapkan status darurat militer di wilayah Aceh, termasuk Sabang.

Kini setelah kondisi mulai normal pelan-pelan kawasan perdagangan bebas itu mulai kembali bergeliat. Mobil-mobil mewah kembali masuk ke wilayah ini. Tapi bagi Darwin, penjual mobil-mobil bekas eks Singapura saat ini semakin seret.

"Pajak yang tinggi dan pungutan-pungutan liar bikin masyarakat di luar Sabang tidak mau membeli mobil di sini," jelas saat ditemui detikcom di showroomnya.

Padahal, kata Darwin, mobil yang ia jual hanyalah mobil bekas. Karena minimnya pembeli dalam sebulan pling-paling ia hanya mampu menjual 3 sampai 5 unit mobil saja. Kecuali bila ada pesanan dari instansi pemerintah di NAD untuk keperluan mobil dinas. Mobil-mobil plat merah di NAD memang banyak yang berasal dari Singapura.

Supaya terhindar dari gulung tikar, Darwin dan rekan-rekannya sesama pedagang mobil impor berharap pemerintah mau menurunkan bea masuk hingga 20 persen. Sehingga konsumen di luar Aceh tertarik membeli mobil-mobil yang mereka jual. (ddg/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads