Ledakan ini terjadi di lahan milik Hisyah yang terletak di Desa Al Qantarah. Bunyi ledakan tersebut sangat keras. Getarannya terasa hingga ke seluruh penjuru 'Soekarno Base' (sebutan khas untuk Markas Kontingen Indonesia). Pratu (Marinir) Maret Gunawan yang sedang melaksanakan Dinas Jaga Pos Pengamat bahkan sampai terhentak dari posisi berdirinya.
"Keras sekali, pak...seakan-akan meledak persis di depanย saya," ucap Pratu Maret seperti siaran pers Konga XXIII B/UNIFIL yang diterima detikcom, Senin (16/6/2008). Ledakan bom itu terjadi pada Minggu (15/6/2008).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti disebutkan sebelumnya, mereka berdua ialah Hisham dan Turki yang merupakan korban dari ledakan tersebut. Warga langsung membawa mereka ke Rumah Sakit Level-1 milik Kontingen Indonesia. Namun malang tak dapat ditolak, Hisham meninggal dunia saat masih berada di perjalanan. Sementara Turki, hanya mengalami luka ringan pada bagian perut dan kepala sehingga masih dapat ditangani dan diberikan pertolongan medis oleh Tim Kesehatan Kontingen Garuda XXIII B.
Dr. Dedi Achmad Zaelani SpB selaku dokter Satgas sekaligus ketua tim medis menyatakan bahwa kematian Hisham terutama disebabkan oleh primary blast injury. Artinya, efek ledakan yang sangat keras dan seketika itulah yang menjadi penyebab kematiannya. Sebab, dari observasi terhadap fisik korban, tidak ditemukan luka akibat pecahan atau serpihan benda yang dapat menyebabkan kematian. Kendati demikian memang terdapat beberapa bagian tubuh (tulang) yang patah serta luka terbuka pada tubuh korban. Setelah ditelusuri, kondisi tersebut disebabkan karena korban terpental dan terjatuh sebagai akibat hentakan ledakan. Selesai dilakukan pertolongan medis awal, pada pukul 10.00 mereka selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit Umum di Nabatiyeh menggunakan ambulans dari Palang Merah Lebanon.
Hasil penyelidikan awal oleh Regu Patroli, ditemukan fakta bahwa Hisham dan Turki saat kejadian sedang berada di lahan milik Hisham. Saat itu, Hisham sedang mengendarai traktor (buldozer) untuk membuka dan mengolah lahan, sementara Turki berdiri tidak jauh dari traktor. Kemungkinan saat Hisham mengoperasikan traktor, salah satu bagian traktor mengenai/ menyentuh benda yangย diduga ranjau anti tank sehingga langsung mengaktifkan benda tersebut sehingga terjadi ledakan dahsyat. Akibatnya, traktor yang sedang dikendarai Hisham terpental dan rusak berat seketika. Bagian tengah traktor (pengemudi) hancur, sedangkan atapnya terbang hingga berjarak 8 meter dari tempat kejadian. Selain itu, 1 buah ban sebelah kanan traktor terlepas dan hilang tak berbekas.
Pada pukul 12.00, Tim dari Lebanon Armed Forces (LAF), Kepolisian Lebanon dan Tim Civil Guard Judicial Police serta Tim Penjinak Bom dari Komando Sektor Timur UNIFIL tiba di lokasi. Mereka melakukan penyelidikan intensif selama 2 jam. Dari hasil penyelidikan, disimpulkan bahwa kemungkinan ledakan disebabkan oleh ranjau anti tank atau TNT dengan komposisi 'B'. Bahan peledak ini masuk kategori high explosive.
Hal ini dibuktikan dari bekas ledakan yang berdiameter 6 meter dengan kedalaman lubang sekitar 1,5 meter.ย Selesai penyelidikan, kepolisian setempat memasang 'police line' mengelilingi lokasi kejadian dengan radius 30 meter dari bekas ledakan.
Lebanon Selatan merupakan wilayah yang berbahaya karena masih dipenuhi oleh berbagai macam bahan peledak (UXO, Unexploded Ordnance) seperti ranjau, roket, granat, mortir dan lain-lain yang merupakan sisa perang antara Milisi Bersenjata Lebanon dengan Israel yang terjadi pada tahun 2006 lalu. Pada saat perang yang dikenal dengan sebutan 'Perang 34 hari' itu, pihak-pihak yang bertikai menyebarkan atau menanam berbagai bahan peledak di wilayah ini sebanyak mungkin untuk melumpuhkan lawan. Namun saat perang berakhir, bahan-bahan peledak tersebut masih tertinggal. Apabila benda-benda maut ini tidak segera ditemukan, dihancurkan atau dibersihkan, akibatnya selain dapat membahayakan nyawa rakyat sipil, tentunya dapat mengganggu pertanian, pembangunan, rekonstruksi dan rehabilitasi jalan, rumah, sistem pengairan serta sistem distribusi listrik.
Satgas Yon Mekanis TNI Konga XXIII B sendiri sampai saat ini telah berhasil menemukan sebanyak 114 UXO dari berbagai jenis. Sebagian besar penemuan ini berkat adanya laporan masyarakat sedangkan sisanya ditemukan pada saat melakukan patroli, baik dengan berkendaraan maupun jalan kaki. Penemuan ratusan 'benda pencabut nyawa' ini merupakan prestasi tersendiri mengingat sampai dengan saat ini tidak ada satu pun Kontingen PBB dari negara lain yang dapat menyamainya. Selain itu, dengan banyaknya laporan masyarakat Lebanon Selatan kepada pasukan TNI akan adanya UXO di wilayah tempat tinggalnya tentu merupakan pengakuan terhadap eksistensi dan kehadiran Konga XXIII-B yang telah diterima dengan baik oleh masyarakat setempat.
(asy/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini