Versi AKKBB, mereka tiba-tiba saja diserang oleh FPI. Saat kejadian, massa AKKBB yang kebanyakan perempuan dan anak-anak baru saja duduk-duduk di pelataran Tugu Monas. Mereka masih menunggu acara aksi damai dimulai. Tapi tiba-tiba saja datang massa FPI menyerang mereka. "Para penyerbu menyerang bertubi-tubi. Kami tidak bisa apa-apa," cerita Nong Darol Mahmada, salah satu panitia aksi AKKBB.
Versi FPI, anggota laskar menyerang AKBB karena diprovokasi. FPI tidak memiliki agenda untuk menyerang siapapun. FPI yang mengikuti aksi menentang kenaikan harga BBM awalnya berjalan tertib. "Pada mulanya, para pemuda FPI hanya kumpul-kumpul di salah satu lokasi Monas sambil mendengarkan orasi pimpinan aksi. Mereka kadang bertakbir dan juga membaca kalimat syahadat," kata Cahyo, penjual rokok yang biasa mangkal di Monas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amidhan menilai insiden Monas tidak serta-merta kesalahan FPI saja. Apa yang dilakukan AKKBB juga amat provokatif alias memancing-mancing kemarahan umat Islam. "Salah satunya adalah tindakan
AKKBB yang menyertakan wakil-wakil agama lain selain agama Islam untuk
ikut-ikutan membela Ahmadiyah," kata Amidhan.
Hingga kini polemik bak debat mempertanyakan duluan mana antara telur dengan ayam itu belum berakhir. Namun polemik itu kemudian diikuti sejumlah isu tentang teori konspirasi. Isu konspirasi yang berhembus, rusuh Monas sengaja diskenario untuk mengalihkan isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Teori konspirasi ini salah satunya diungkap Gus Dur.
Mantan Presiden itu mengaku ia mendengar pendapat Tragedi Monas dibuat pemerintah untuk mengalihkan isu kenaikan harga BBM. "Saya nggak tahu ini bener apa nggak, karena bukan kerjaan saya mencari-cari tahu," tegas Gus Dur.
Selain lewat mulut Gus Dur, teori konspirasi diungkap lewat email yang mencatut nama Nong Darol Mahmad, salah satu panitia aksi AKBB. Email itu membeberkan SBY memberikan uang Rp 10 miliar untuk membayar aksi AKBB yang kemudian diseting agar bentrok dengan FPI. Nong membantah menulis email tersebut. "Email itu tidak benar," tandas Nong saat dihubungi detikcom.
Perempuan berkacamata ini menduga, email bohong itu bertujuan membuat konflik internal di kalangan AKKBB dengan mengorbankan dirinya. Ia balik menuding email itu dibuat oleh kelompok Islam fundamentalis. Namun Nong belum mau menentukan langkah selanjutnya atas pencatutan namanya tersebut.
"Kaum Islam fundamentalis memang sering memakai cara-cara machiavelis dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan mereka. Termasuk membuat surat bohong," tegas Nong.
Rizal Mallarangeng dan Andi Mallarangen yang disebut-sebut dalam email yang mencatut nama Nong juga menyampaikan bantahan. Andi, dalam email, disebut memfasilitasi pertemuan antara kontributor Jaringan Islam Liberal (JIL) dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Cikeas. Pertemuan untuk membahas pengalihan isu BBM itu disebut-sebut dihadiri Rizal Mallarangeng, Goenawan Mohammad dan Hamid Basyaib, Rizal Mallarangeng, Denny JA dan Nasaruddin Umar.
"Itu tidak benar dan fiksi karena saya tidak pernah melakukan itu," tegas Andi kepada detikcom. Rizal yang disebut-sebut mengikuti pertemuan itu juga membantah. โKenapa berita dari milis itu harus ditanggapi? Apa keuntungannya?" tandas Rizal.
Nong sendiri menduga email teori konspirasi itu kemungkinan dibuat oleh tim Munarman, Panglima Komando Laskar Islam. Sebelum ditangkap, W242, email yang digunakan Munarman untuk mengirim pernyataannya ke detikcom, memang mengirim email yang berisi teori konspirasi yang mencatut nama Nong tersebut ke sejumlah media termasuk ke detikcom.
Lukman Hakim, salah satu pengacara Munarman, membantah tudingan Nong. Ia mengatakan dengan tegas hal itu tidak mungkin dan terlalu mengada-ada. Namun Lukman sendiri tidak bisa menjawab maksud dari pesan yang dikirimkan oleh Munarman sebelum menyerahkan diri. "Saya tidak mengetahui perkembangan itu," kata Lukman.
Jadi siapa yang membuat email teori konspirasi tersebut? Pengamat politik LIPI Lili Romli berpendapat ada pihak ketiga yang bermain memanfaatkan rusuh Monas tersebut. Konspirasi terjadi, menurut Lili, bukan sebelum rusuh Monas. Konspirasi dibuat justru setelah rusuh Monas terjadi. (ron/iy)