Prof Liddle: Islam Mengisi Sayap Kiri Politik Indonesia

Laporan dari Praha

Prof Liddle: Islam Mengisi Sayap Kiri Politik Indonesia

- detikNews
Rabu, 11 Jun 2008 11:19 WIB
Praha - Tidak ada sayap kiri dalam lingkungan politik Indonesia. Namun kemunculan parpol-parpol Islam telah menggantikan posisi sayap kiri itu.

Hal itu dikemukakan Prof. R. William Liddle dalam seminar internasional di Czech Academy of Sciences, Praha, 9/6/2006.

Dibuka oleh Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Deplu Andri Hadi, didampingi Dubes Salim Said, seminar ini diselenggarakan bersama oleh KBRI Praha dan Center of Global Studies dari Charles University, Praha, dalam rangka memperingati 100 Tahun Kebangkitan Nasional, 80 Tahun Sumpah Pemuda dan 10 Tahun Reformasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Liddle, saat meletus gerakan reformasi 1998 dan presiden Soeharto tumbang, sebenarnya terdapat peluang untuk membentuk partai berhaluan kiri, namun hal itu tidak terjadi karena sayap kiri di Indonesia diidentikan dengan komunis. Kemunculan parpol-parpol Islam telah menggantikan kekosongan peran sayap kiri itu.

Liddle tidak sependapat dengan pandangan bahwa dulu presiden Soeharto membiarkan islam militan. Yang terjadi, kata Liddle, Soeharto membuka elemen-elemen Islam untuk berpartisipasi dalam politik.

Guru Besar ilmu politik Univeristas Ohio yang banyak memiliki murid dan kawan di Indonesia ini juga menolak pendapat yang menyatakan bahwa partisipasi Islam dalam politik itu untuk mengimbangi kekuatan militer. Yang sebenarnya terjadi politik Indonesia itu sangat didominasi oleh sayap kanan sekuler.

Liddle menyampaikan makalah dengan mengevaluasi Orde Baru di bawah kepemimpinan Suharto, 1966-1998.

Disebutkan bahwa Suharto, yang dinilainya sebagai seorang diktator, mampu mengubah Indonesia menjadi negara yang seakan-akan demokratis. Caranya dengan melakukan beberapa hal penting seperti mengebiri peran politik militer, menciptakan persepsi di masyarakat bahwa Indonesia seolah-olah negara demokratis, padahal faktanya tidak demikian.

Selain itu Soeharto juga mempraktikkan sistem pemerintahan otoriter, yang memberi ruang kepada sejumlah ormas dan media untuk manuver, serta melakukan rekonsiliasi dengan berbagai kelompok, yang pada awalnya berada di luar rejim.

Seminar menurut Korfungsi Pensosbud Azis Nurwahyudi dihadiri para akademisi, mahasiswa Ceko dan Indonesia, seta masyarakat peminat keindonesiaan. Di antara mereka terlihat Prof. Bernhard Dahm (Universitas Passau Jerman), Prof. Francois Raillon (Pusat Studi Timur Jauh Perancis), dan Prof. Rahardi Ramelan yang khusus datang dari Indonesia.Β 
(es/es)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads