'Pembajakan' Che ini dilakukan dengan mencetak gambar-gambar Che dalam berbagai bentuk. Ada poster, kaos, korek api, hingga lencana/emblem. Bahkan boleh disebut Che adalah emblem abad 20. Che telah menjadi mesin uang..
Brand Che menjadi fenomena marketing di seluruh penjuru dunia. Che menjadi produk komersial yang tak pernah lapuk dimakan zaman, termasuk di Indonesia, tentunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aleida Guevara mengecam komersialisasi gambar ayahnya sebagai penghinaan pada cita-cita sosialisme sang ayah. Demikian ditulis Guardian dan dilansir theage.com.au, Minggu (8/6/2008).
"Sesuatu yang mengganggu saya sekarang adalah penggunaan figur Che yang digunakan untuk menciptakan musuh-musuh dari kelas-kelas yang berbeda. Ini memalukan," ujarnya.
Menurutnya, pria yang berjuang dan tewas untuk menentang kapitalisme tidak sewajarnya digunakan sebagai alat untuk menjual vodka Inggris, minuman Prancis dan ponsel Swiss, dsb. "Kami tidak ingin uang, kami menuntut penghormatan," tegas Aleida.
Aleida, 47 tahun, adalah anak tertua Che dari istri kedua. Dia berkomentar dalam sebuah forum di internet yang disponsori pemerintah Kuba, menyongsong ulang tahun ke-80 ayahnya yang jatuh 14 Juni nanti.
Keluhannya ini juga bertepatan dengan mencuatnya kembali nama Che pasca kemenangan Benicio del Toro sebagai aktor terbaik Festival Film Cannes bulan Mei lalu dalam film epik tentang Che sepanjang 4,5 jam.
Bulan lalu pemerintah Argentina membuka selubung patung perunggu Che, dokter muda yang meninggalkan Argentina dengan motor tahun 1953 dan menjadi radikal akibat penindasan dan kemiskinan di Amerika Latin. Dia kemudian bergabung dengan kelompok gerilya Fidel Castro menentang diktator Kuba Fulgencio Batista dan menjadi tokoh kunci revolusi. Pada 1967 Che yang meneruskan berjuang di Bolivia tertangkap dan dieksekusi.
Gambar Che yang terkenal saat ini, mengenakan baret dan berjenggot, didasarkan pada foto yang diambil fotografer Kuba Alberto Korda di Havana pada 1960.
(nrl/gah)