Ketika Joko tiba-tiba menghilang, Heru yang merupakan ketua Tim Energy pun diburu wartawan. Tapi berkali-kali dihubungi, Heru menolak berkomentar.
Komisaris Utama Sarana Harapan Indogroup (SHI) yang melaksanakan proyek blue energy ini, masih mencari waktu yang tepat untuk berbicara. "Aku belum mau berkomentar sekarang. Nantilah kalau sudah ada waktu yang pas, pasti saya jelaskan semua," kata Heru kepada detikcom. Saat itu pun Heru mengaku sedang di luar kota.
Akhirnya di suatu kesempatan, Heru bersedia ditemui detikcom di salah satu plaza di sekitar Jakarta Selatan. Dengan mengenakan kaos putih dan celana panjang coklat, Heru dengan santai meladeni wawancara detikcom tentang Joko Suprapto dan temuannya yang diduga palsu.
Setelah pertemuan itu, Heru tidak lagi mau diwawancara. Saat detikcom kembali menghubunginya untuk minta tanggapan pernyataan UGM yang menyebut Joko Suprapto adalah penipu, Heru tidak mau berkomentar.
Berikut petikan wawancara Ronald Tanamas dari detikcom dengan Heru Lelono:
Kapan anda kenal dengan Joko Suprapto?
Saya kenal dengan Joko awal 2007 dari seorang teman.
Bagaimana awalnya ?
Saya bersama teman-teman yang kebetulan sebagian bergabung di sebuah organisasi masyarakat Gerakan Indonesia Bersatu sepakat membangun sebuah lembaga penelitian yang kita namakan Center for Food Energy and Water Studies (CFEWS).
Gagasannya adalah melakukan penelitian dan ingin mendorong, serta mengembangkan inovasi dari para inovator yang sangat banyak di negeri ini di bidang pangan dan energi sehingga dapat dimasyarakatkan bagi rakyat luas.
Untuk itulah kami sangat tertarik dengan apa yang Joko teliti. Sebagai seorang yang berlatar belakang elektro, Joko menciptakan pembangkit listrik alternatif. Itu awal ketertarikan kami.
Joko sering disebut sebagai penemu blue energy ?
Ini yang harus diluruskan. Setelah berkumpul dengan kami, Joko mengatakan berhasil membuat base fuel atau minyak dasar pembuat bahan bakar berbahan baku hidrogen yang diambil dari air. Melalui pengembangan yang didukung oleh tim kami, maka kita membuat bahan bakar. Jadi pengembangannya tidak hanya dilakukan oleh Joko sendiri.
Nama blue energy adalah sebutan bagi jenis bahan bakar yang ramah lingkungan dan emisinya rendah, seperti kalau untuk benar-benar bersih disebut green energy. Pokoknya bayangan kami istilah blue energy bisa dilekatkan kepada bahan bakar apa saja yang seperti itu. Tidak hanya yang ditemukan Joko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa kaitan SBY dengan temuan Joko?
Saya yang memperkenalkan, karena selama ini SBY selalu mengatakan kepada saya, perlunya selalu mencari alternatif bagi pengamanan ketersediaan pangan dan energi di negeri ini, atau yang beliau sebut FEW ( Food, Energy and Water ).
Untuk itu kata SBY kembangkan inovasi dan hargai para inovatornya. Atas dasar itulah SBY ikut mendorong pengembangan yang dilakukan berbagai pihak seperti Joko.
Kebetulan Joko juga mengatakan bahwa karyanya ini semata ingin dipersembahkan untuk rakyat Indonesia. Kami juga mengembangkan penelitian pangan seperti padi Supertoy HL2 dan masih banyak jenis komoditi pertanian yang lain bersama para inovatornya yang lain pula.
Darimana biaya pengembangan ini berasal?
CFEWS bernaung dibawah PT. Sarana Harapan Indopangan (SHI), bagian dari Sarana Harapan Indogroup. Perusahaan itu kami sendiri yang membangun. Jadi pembiayaan programnya 100 % swasta. Tidak menggunakan uang negara sepeserpun.
Jadi kalau ada yang mengatakan bahwa blue energy di biayai oleh pemerintah, itu salah besar. SHI selama ini belum pernah mempunyai hubungan kerja dengan pemerintah.
Yang benar adalah kami ingin menjalankan sesuatu yang diharapkan mungkin dapat membantu pemerintah dalam mencari alternatif kebijakan bagi kesejahteraan rakyat.
Berapa biaya yang sudah dikeluarkan untuk mengembangkan penemuan Joko?
Cukup banyak. Tapi rasanya tidak perlu saya ungkapkan nilainya. Karena kita memahami bahwa biaya riset untuk jumlahnya memang besar. Belum lagi kalau mau dikembangkan.
Kira-kira sudah mencapai Rp 10 miliar?
Ya, lebihlah.
Misteri hilangnya Joko sebenarnya bagaimana?
Saya benar-benar tidak mengerti. Yang saya tahu adalah Joko berangkat ke Jakarta dari Surabaya pada Rabu pagi tanggal 7 Mei. Naik pesawat sesuai penuturan isterinya.
Joko memang mengatakan akan datang pada hari itu, karena menurut rencana Joko berjanji akan menunjukkan kepada SBY proses inovasinya pada tanggal 18 Mei. Namun pada hari H-nya yang bersangkutan tidak muncul. Sampai ada beritanya kemarin Joko kembali ke rumahnya.
Sampai sekarang saya sendiri belum ketemu Joko. Dalam waktu dekat saya akan segera bertemu yang bersangkutan, karena ketika muncul di RSU Madiun, Joko sempat berbicara dengan saya melalui telepon isterinya dan mengatakan ingin bertemu saya.
Di Televisi Joko menyatakan minta maaf kepada SBY karena tidak memenuhi waktu dan mengatakan sedang mencari biaya ?
Saya tidak melihat beritanya. Yang jelas selama ini apa yang dibutuhkan tim, khususnya Joko untuk mengembangkan inovasi ini selalu kita penuhi biayanya.
Ada latar belakang politik di balik semua ini ?
Banyak pihak yang menduga seperti itu. Saya sendiri sudah jenuh mendengar hal ini. Apa-apa dikaitkan dengan politik. Saya tidak bisa bayangkan kalau kita ingin mengembangkan sebuah inovasi bagi rakyat, kemudian dipolitisir, rakyat mau dapat apa?
Ada yang tidak suka anda mengembangkan penemuan ini ?
Yang tidak suka pasti orang yang tidak waras.
Apa kelanjutan setelah ini ?
Kami akan terus bekerja karena tujuan awal kami adalah mencari alternatif dan solusi bagi kepentingan rakyat banyak. Saya akan segrea bertemu dengan Joko. Setelah itu saya berharap kita bisa bekerja kembali seperti program dan rencana bersama yang sudah disusun.
Di lain waktu, detikcom mencoba mewawancarai Heru Lelono kembali. Tapi dia menolak. Detikcom akhirnya hanya minta tanggapan Heru tentang pernyataan UGM yang menyebut Joko seorang penipu.
Banyak pihak menyebut Joko sebagai penipu?
Aku nggak mau komentar apa pun terhadap media mana pun sekarang. (ron/iy)