Pemijat Sampai Peneliti pun Nipu

Penipu Masuk Istana (3)

Pemijat Sampai Peneliti pun Nipu

- detikNews
Senin, 02 Jun 2008 14:09 WIB
Jakarta - Dari masa ke masa, presiden demi presiden berganti, Istana terus saja menjadi sasaran empuk penipu. Setelah memperdayai petinggi negeri ini di masa Soekarno dan Soeharto, penipu juga sukses membodohi pemerintahan selanjutnya.
 
Sejarahwan Anhar Gonggong menyatakan hanya zaman Presiden Habibie yang tidak berhasil disentuh penipu. Hal ini karena umur pemerintahan Habibie yang pendek. Berganti ke zaman Gus Dur, seorang penipu bernama Soewondo bahkan bisa leluasa masuk Istana. Pasalnya Soewondo adalah tukang pijat Gus Dur.
 
Soewondo berhasil menipu Yayasan Dana Kesejahteraan Karyawan (Yanatera) Badan Urusan Logistik (Bulog) dan membobol uang yayasan itu hingga Rp 35 miliar. Soewondo sempat kabur namun kemudian bisa ditangkap polisi di salah satu tempat di kawasan Puncak, Jawa Barat. Pengadilan memvonis mantan tukang pijat ini dengan hukuman 3,5 tahun.
 
Anhar Gonggong menganalisis, Soewondo bisa bebas keluar masuk Istana karena pada zaman Gus Dur, kondisi Istana mirip pesantren. Semua orang bisa dengan bebas keluar masuk Istana untuk bertemu Gus Dur.
 
"Bagaimana penipu tidak masuk? Saat itu semua bebas masuk. Istana kayak rumah rakyat, kayak pesantren. Dari pagi sampai pagi lagi semua orang bebas keluar masuk hingga kotor sekali. Megawati saja mau masuk Istana ngomel karena kotornya nggak karuan," tutur Anhar.
 
Kemudian melalui pergolakan sejarah yang panas, Gus Dur dilengserkan dan digantikan Megawati Soekarnoputri. Lagi-lagi di zaman Mega, skandal penipuan kembali terjadi. Kali ini yang diperdaya Menteri Agama Said Agil Al-Munawar. Pak Menteri yang bergelar profesor ini memimpin penggalian situs purbakala Batutulis di Bogor. Pak Menteri yakin di situs itu ada harta karun peninggalan Prabu Siliwangi.
 
Said Agil menyatakan Presiden Megawati mengetahui rencana penggalian situs bersejarah tersebut. Penggalian itu untuk tujuan mulia yakni harta karun yang ditemukan akan dipakai untuk melunasi utang negara. Tapi harta karun itu ternyata hanya pepesan kosong. Said justru menuai kecaman.
 
"Said Aqil itu mempermalukan diri sendiri dan mempermalukan negara sebagai menteri. Profesor kok percaya begituan? Saya waktu itu minta agar Menag ini ditangkap karena telah melanggar UU Cagar Budaya," kata Anhar Gonggong yang zaman Mega menjabat sebagai Dirjen Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata ini.
 
Era Mega berakhir, lewat Pemilu langsung, Susilo Bambang Yudhoyono  (SBY) terpilih menjadi Presiden Idonesia yang keenam. Pada zaman SBY, muncul geger blue energy yang diduga juga merupakan penipuan.
 
Blue energy ditemukan Joko Suprapto, orang Nganjuk, Jawa Timur yang background penelitiannya tidak jelas. Dalam teori blue energy Joko, air laut konon bisa diubah menjadi energi baru semacam BBM.
 
Lewat staf khusus presiden SBY, Heru Lelono, Joko cs bisa meyakinkan Presiden SBY untuk mendukung temuannya. Bahkan temuan ini sudah direspons dengan pembangunan pabrik blue energy di Cikeas, 2 km dari rumah SBY, oleh Sarana Harapan Indo (SHI) Corp.
 
Anehnya, untuk proyek ini, Menristek, BPPT dan LIPI tidak dilibatkan. Proyek ini seolah hanya menjadi proyek tunggal Heru Lelono. Namun setelah Joko hilang saat akan diminta memamerkan temuannya pada peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional, barulah geger.
 
Universitas Gadjah Mada (UGM) yang pernah diminta membiayai proyek Joko menyebut si peneliti asal Nganjuk itu sebagai penipu. UGM telah melakukan beberapa pertemuan dan menelusuri latar belakang kelompok Joko. "Mereka itu penipu," kata Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM Sudiartono.
 
Anhar Gonggong dan peneliti sejarah LIPI Asvi Warman Adam juga sepakat dengan Sudiartono. Merujuk berita yang ada dan banyaknya kejanggalan dalam proyek blue energy, Asvi menilai SBY telah menjadi korban penipuan.
 
Asvi lantas mendesak KPK mengusut dana yang dipakai untuk proyek blue energy. Meski dikatakan, dana itu dari swasta tapi swasta mau membantu karena terkait presiden. "Kalau proyeknya tidak bonafid, mereka tidak akan mau mengeluarkan dana. Mereka mau mengeluarkan uang karena ada presiden atau orang dekat presiden di balik proyek itu," kata Asvi.
 
Heru Lelono yang diminta tanggapannya soal kemungkinan SBY telah tertipu dalam proyek blue energy, tidak mau berkomentar. "Aku nggak mau komentar apa pun terhadap media mana pun sekarang," kata Heru kepada detikcom. (iy/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads