Bayi Ngaji dalam Perut, Harta Karun Batutulis, Lalu Blue Energy?

Bayi Ngaji dalam Perut, Harta Karun Batutulis, Lalu Blue Energy?

- detikNews
Kamis, 29 Mei 2008 08:48 WIB
Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 'tertipu' dalam kasus blue energy? Sejumlah pihak, termasuk para ilmuwan, mencurigainya demikian.
 
Kecurigaan ini bisa jadi tidak berlebihan mengingat keanehan yang menyelimuti kasus blue energy. Mereka menyesalkan informasi yang belum valid bisa diterima SBY.

"Tipu-tipu" yang terjadi di sekitar lingkaran presiden bukanlah hal yang aneh. Setidaknya dari data yang diberitakan media massa, sudah dua kali tokoh elit bangsa ini 'tertipu'.
 
Dulu pada tahun 1970-an, zaman Soeharto, ada geger bayi dalam kandungan bisa membaca Al Quran. Banyak orang kala itu, baik awam, ulama kelas satu Indonesia sampai para pejabat merasa takjub dan menganggap bayi ajaib itu sebagai pertanda kekuasaan Tuhan. Bahkan mantan perdana menteri Malaysia Tengku Abdul Rahman Putra juga percaya bayi dalam perut bisa mengaji itu benar adanya.
 
Si ibu sang bayi, Cut Sahara Fona, pun langsung menjadi terkenal. Orang ramai-ramai berdatangan ke rumah Cut Sahara Fona. Orang-orang menempelkan telinga ke perut perempuan itu demi mendengarkan suara sang bayi melantunkan ayat suci Alquran. Wakil Presiden Adam Malik termasuk salah satu tokoh yang diberitakan menempelkan kupingnya di perut Cut Zahara Fona.
 
Saat itu nyaris semua orang percaya, bayi ajaib itu memang tanda kekuasaan Tuhan. Hanya Kakanwil Kesehatan DKI Dr Herman Susilo yang bersuara berbeda. Dr Herman menyatakan, bayi dalam perut bisa mengaji merupakan hal yang mustahil. Sebab bayi dalam kandungan tidak dapat membuka mulut atau bernafas normal sehingga tidak akan dapat mengeluarkan suara.
 
Karena berpendapat melawan arus, Dr Herman sampai harus bersembunyi sebab terancam dibunuh oleh orang-orang fanatik yang mempercayai bayi dalam perut bisa mengaji. Tapi belakangan terbukti Herman Susilo-lah yang benar. Bayi ajaib yang bisa membaca Alquran ketika masih dalam rahim ibunya adalah bohong alias dusta belaka.
 
Cut Sahara Fona yang tidak tamat SD itu berhasil menipu semua masyarakat termasuk para ulama. Ternyata Sahara Fona menempelkan tape recorder kecil (biasanya dipakai oleh wartawan) yang ketika itu masih barang langka di balik kainnya. Cut Sahara tentu menolak kainnya disingkapkan karena itu berarti membuka auratnya di depan orang yang bukan muhrimnya. Dengan dalih ini Sahara Fona sukes menipu semua orang. Setelah ketahuan kedoknya, Cut Sahara pun masuk penjara.
 
Zaman Mega, pada Agustus 2002, bangsa ini kembali geger dengan kasus harta karun di Situs Batutulis di Bogor. Menteri Agama (waktu itu) Said Agil Al-Munawar memimpin penggalian situs purbakala Batutulis di Bogor karena yakin dengan informasi di situs itu ada harta karun peninggalan Prabu Siliwangi.
 
Said Agil mengaku tindakan dirinya itu atas sepengetahuan Presiden Megawati Soekarnoputri. Menteri Said menyatakan penggalian situs itu mempunyai tujuan mulia yakni harta karun yang ditemukan akan dipakai untuk melunasi utang negara. Setelah dilakukan penggalian, ternyata Pak Menteri tidak mendapatkan harta karun malah yang ada dia mendapatkan kecaman.
 
Bagaimana dengan blue energy? Sejauh ini sejumlah ilmuwan misalnya Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UGM Dr Tumiran meragukan temuan Joko Suprapto tersebut. Bahkan Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM Sudiartono yang menyusuri Joko Suprapto cs, menilai kelompok ini penipu. Dia pun bersyukur UGM tidak menjadi korban penipuan. (iy/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads