Kedua orang ini beserta kelompoknya pernah mendatangi kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk memperoleh surat pengakuan atas temuan pembangkit listrik ajaib dan bahan bakar air. Namun usaha mereka pada 2006 itu gagal dan para ilmuwan UGM tidak bisa mempercayai temuan mereka secara ilmiah.
Karena gagal, Purwanto dan Joko mencoba masuk ke kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menemui Rektor UMY Dr Khoiruddin Bashori. Di UMY, tim itu berhasil meyakinkan rektor sehingga pada tanggal 13 Februari 2008 bahan bakar air (hydrofue) itu dilaunching di kampus terpadu di Ringroad Selatan, Tamantirto Kasihan Bantul. Produk yang mereka hasilkan diberi nama Banyugeni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat launching di UMY, rektor bersama tim peneliti di hadapan Bupati Bantul HM Idham Samawi memperlihatkan bila Banyugeni itu bisa menyalakan kompor dan lampu teplok. Tidak hanya itu, sebotol Banyugeni ditumpahkan dilantai kemudian tumpahan itu dinyalakan dengan korek api langsung terbakar.
Belum jelas benar apakah memang bahan bakar yang ditampilkan itu adalah bahan bakar air atau tidak. Yang jelas, semua undangan berdecak kagum. "Pak Idham, tamu undangan dan wartawan yang meliput itu, langsung berdecak kagum," kata Sigit Purwita, koresponden RCTI Yogyakarta yang hadir dalam acara itu, kepada detikcom, Rabu (28/5/2008).
Sementara itu, Kepala Pusat Energi (PSE) UGM, Sudiartono tidak bisa memastikan secara pasti apakah Purwanto yang datang ke UGM itu sama dengan yang menjadi konsultan ahli di proyek Banyugeni UMY. "Namanya sama Purwanto, gelarnya juga sama Drs tapi saya tidak bisa memastikan secara pasti apakah itu sama. Cuma dulu pernah ada dosen UMY yang datang ke PSE UGM untuk menanyakan soal temuan Banyugeni dan nama itu," kata Sudiartono kepada detikcom di kantornya, Rabu (28/5/2008).
Jauh hari sebelum ribut soal blue energy dan banyugeni, pada pertengahan tahun 2007, puluhan orang yang mengaku sebagai anggota kelompok Masyarakat Cinta Energi yang dipimpin Ajikusumo melakukan demo di halaman DPRD DIY di Jl Malioboro. Demo itu mempraktekkan bila air laut dan biota laut bisa dijadikan bahan bakar untuk motor. Demo itu digelar lengkap dengan acara hiburan musik dangdut.
Ada dua sepeda motor yang diisi sebotol bahan bakar yang mereka sebut sebagai bahan bakar berbahan air laut. Setelah diisi bahan bakar berwarna kuning itu, sepeda motor itu pun distarter, ternyata mesinnya menyala dengan baik. Tapi memang demo itu misterius. Sebab, saat para wartawan meminta untuk memegang bahan bakar itu, mereka tidak memperbolehkannya.
Dari penelusuran detikcom, nama Joko Suprapto memang tidak ada ada dalam tim Banyugeni. Yang ada adalah nama Purwanto. Padahal, keduanya berjalan bersama ke UGM saat menawarkan proyek kotak ajaib 'Pembangkit Listrik Tenaga Jin (PLTJ)'. Nama Joko Suprapto kemudian diketahui berada di PT Sarana Harapan Indo (SHI) Corp di Cikeas, yang juga mengembangkan blue energy itu.
Mengenai Banyugeni, detikcom telah melakukan penelusuran di kampus UMY. Namun, tidak ada satu pun pejabat/pimpinan kampus yang bersedia memberikan keterangan soal proyek itu. Di kampus itu juga tidak terlihat lagi aktivitas laboratorium Pusat Studi Pengembangan Energi Regional (Pusper).
Semua orang bungkam dan tak mau berkomentar. Rektor UMY Dr Khoiruddin Bashori hanya mengatakan UMY masih terus melakukan pengkajian dan belum perlu publikasi. "Kita cooling down dulu," kata Khoiruddin. (bgs/asy)