Blue Energy Harus Transparan, Jangan Ada yang Disembunyikan

Blue Energy Harus Transparan, Jangan Ada yang Disembunyikan

- detikNews
Jumat, 23 Mei 2008 10:31 WIB
Jakarta - Blue energy atau energi berbahan dasar air temuan Joko Suprapto, yang kini raib, adalah inovasi baru. Penemu blue energy hendaknya transparan pada lembaga resmi dan bisa memperdebatkan temuannya secara ilmiah.

"Kita harus tahu persisnya apa yang dia klaim. Dia harus transparan, kelihatannya ada sesuatu yang disembunyikan. Ada sesuatu yang belum diekspose," kata Deputi Jasa Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Jan Sopaheluwakan ketika dihubungi detikcom, Jumat (23/5/2008).

Karena itu, imbuh Jan, membuat bahan bakar dari air di Indonesia masih belum memungkinkan dan relatif baru. Karena itu, sang penemu harus terbuka untuk menguji temuannya di sejumlah lembaga riset yang berwenang seperti LIPI, Lembaga Minyak dan Gas (Lemigas), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) atau lembaga profesi yang tidak punya tendensi politik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di antara para ahli harus terbuka. Tidak seperti beli kucing dalam karung. Ini bukan barang ajaib, ini bisa kebijakan besar. Memang sesuatu yang signifikan harus transparaan. Kalau tidak terjebak dalam ilusi," kata dia.

Jan menilai Indonesia masih belum siap menerapkan energi alternatif. Jan mencontohkan beberapa kebijakan energi alternatif mentok di tengah jalan.

"Saya khawatir, biofuel yang sudah ada Keppresnya aja mentok juga. Bukan gagal di UU, gagal di pasar, ternyata nggak bisa dijual, sistem distribusinya belum kita selesaikan. Muncul lagi yang baru. There is no magic-lah masalah energi. Dia harus terbuka. Kita tak bisa begitu saja percaya pada sekelompok orang. Bagus tapi how is the goodness-nya harus debat publik," kata dia. (nwk/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads