Zaman kolonial Belanda plang Verboden voor Honden en Inlanders itu ada dimana-mana. Dari lembaga milik pemerintah, rumah orang Belanda, hingga di kolam renang umum. Perhatikan, honden (anjing-anjing) dalam kalimat itu didahulukan dimuka inlanders (pribumi-pribumi). Itu disengaja untuk menunjukkan bahwa anjing-anjing masih lebih mulia daripada pribumi-pribumi. Baru tahu atau baru sadar ya?
Tahun berbilang abad, penindasan derajat manusia, perampokan nyawa dan kekayaan itu terus berlangsung. Mau sekolah tidak bisa, kecuali setelah Politik Etis (1901). Kebijakan pemerintah kolonial juga hanya menguntungkan para pengusaha kroni, kaum Eropa dan Asia Timur. Hasilnya manusia-manusia Indonesia yang miskin-bodoh, seperti banyak kita lihat keturunannya sampai kini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mau membantah bagaimana, memang itulah faktanya. Oleh the invisible hand, kelompok honden itu didahulukan dan lebih dimuliakan dari rakyat manusia Indonesia kebanyakan. Akibatnya, yang muncul ke atas dan menentukan negara adalah Dr Honden-Dr Honden, sarjana honden. Mereka bertabiat honden, berebut daging untuk diri sendiri. Tak ada solidaritas atau sambung-rasa dengan manusia Indonesia kebanyakan. Kalau diteriaki ramai-ramai, barulah sisa tulang diberikan. (Kolma edisi ini saya dedikasikan untuk para guru yang masih merana dan anak-anak Indonesia yang tak mampu sekolah)
Keterangan penulis:
Penulis adalah koresponden detikcom di Belanda. Tulisan ini merupakan pendapat pribadi dan tidak menggambarkan sikap/pendapat tempat institusi penulis bekerja. (es/es)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini