Masjid yang diberi nama Baitul Karim di Carangan, Baluwarti, Solo, tersebut berdiri cukup megah. Di sebelahnya adalah rumah kuno yang dijadikan kantor Ahmadiyah sekaligus rumah dinas bagi Rahim, pimpinan Ahmadiyah cabang Surakarta.
Meskipun pintu gerbang rumah dibiarkan tetap terbuka lebar, namun masjid dan rumah tersebut terkunci rapat. Meskipun masih terlihat bersih dan terawat, namun tidak ada tanda-tanda kegiatan atau keberadaan orang di dalamnya. Papan nama Ahmadiyah di depan gerbang juga sudah dicopot.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di dekat pintu gerbang terdapat garasi berisi dua unit mobil yang terlihat sudah lama dikandangkan dan sebuah sepeda kayuh terkunci. Sedangkan di pojok halaman terdapat lapangan bulutangkis yang meskipun kondisinya masih bagus namun sudah tak terpakai, terlihat dari salah tiang jaringnya sudah hilang.
Ketua RW IX Baluwarti, Edi Atmoko, mengatakan pengelola Ahmadiyah selama ini cukup disiplin dan selalu memberitahukan setiap akan melakukan kegiatan. Namun selama delapan bulan terakhir memang tidak pernah lagi ada kegiatan dan tidak pernah lagi ada jamaah Ahmadiyah yang datang ke tempat tersebut.
"Mereka selalu memberitahu kalau akan melakukan kegiatan, tapi sudah sekitar delapan bulan ini tidak lagi ada pemberitahuan kepada kami. Pak Rahim dan keluarganya sepertinya sudah tidak tinggal di rumah itu. Kami tidak tahu mereka memindahkan kegiatannya kemana, apalagi warga disini juga tidak ada yang menjadi jamaahnya sehingga tidak ada informasi," papar Edi, Kamis (17/4/2008).
Menurut Edi, Rahim dan jamaahnya yang jumlahnya hanya berkisar belasan orang, selama ini tidak pernah membuat persoalan dengan warga. Bahkan jika warga meminjam halaman kantor yang cukup luas untuk kegiatan kampung, Rahim mengijinkan bahkan menyediakan berbagai kebutuhan warga.
"Karena itulah warga tidak mempersoalkan aktivitas mereka. Kami tidak pernah menyinggung masalah keyakinannya. Bagi kami mereka boleh saja beraktivitas asalkan tidak menimbulkan keresahan atau ketertiban lingkungan. Terbukti selama ini mereka tetap baik dengan warga bahkan terbuka terhadap menerima kegiatan kampung," lanjut Edi. (mbr/djo)