Suasana ditambah riuh oleh teriakan para kuli angkut, petugas keamanan yang lalu lalang, dan kesibukan di Imigrasi. Inilah pemandangan di Pelabuhan Tawau, Sabah, Malaysia. Inilah gerbang masuk negeri Jiran.
Terpisah 40 Km oleh lautan, pemandangan yang persis sama terlihat. Namun di negara yang berbeda. Inilah Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan, Kalimantan Timur, Indonesia. Pintu keluar Indonesia bagi para TKI yang berniat mengadu nasib di Negeri Jiran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga tiketnya berbeda. Kalau dari berangkat dari Nunukan menuju Taway, tiket bertarif Rp 75.000. Namun, jika berangkat dari Tawau, tiketnya 45 Ringgit.
Jarak yang dekat inilah yang membuat jalur Nunukan-Tawau menjadi salah satu favorit para TKI. Mulai dari yang legal, hingga yang menggunakan visa lawatan hingga Pas Lintas Batas untuk bekerja.
Pihak Balai Pembantu Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP3TKI) di Nunukan mencatat sekitar 200 TKI legal diberangkatkan lewat pelabuhan ini. Namun, TKI yang ilegal bisa empat atau lima kali lipatnya.
"Saya urus paspor lewat calo, habis Rp 1,2 juta," ujar Latif Nurdin (43), salah seorang TKI, kepada rombongan BNP2TKI yang memantau kondisi di pelabuhan Nunukan, Kaltim, Selasa malam (16/4/2008). Latif Nurdin mengaku kesulitan untuk mengurus paspor di Nunukan karena KTPnya KTP Flores.
Selain Latif, ada pula Sabar, yang masuk ke Malaysia dengan menggunakan visa lawatan. Namun ia beruntung karena majikannya mau menguruskan visa kerja untuknya.
Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat terus mewanti-wanti para TKI untuk berangkat melalui PJTKI resmi. Selain lebih aman, TKI juga akan memperoleh kepastian hukum yang jelas.
"Kalau berangkat ilegal, majikan cenderung memberikan gaji di bawah standar, lagipula kalau ada apa-apa sulit kita cek," terang Jumhur.
Jumhur juga berjanji untuk segera berkoordinasi dengan pihak Imigrasi untuk segera menyelesaikan masalah ini. "Kita harus segera bereskan masalah di perbatasan semacam ini," tegas Jumhur. (rdf/asy)