"Wajah saya bolak balik ditampar anggota buser. Punggung saya dipukul, perut saya ditendang sekuatnya sama pak polisi. Saking sakitnya pukulan di perut ini, saya tersungkur di lantai. Malah ada polisi yang mengeluarkan pistolnya mengancam akan menembak saya," kata Bayu Febriadi dalam perbincangan dengan wartawan, Rabu (2/4/2008) di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Pekanbaru, Ruang LP Anak, Jl Lembaga, Pekanbaru.
Penganiayaan ini terjadi di ruang pemeriksaan Jatanras, lantai III Polbates Pekanbaru. Bayu dalam masalah ini tersandung kasus pencurian HP. Dia digiring ke kantor pilisi pada 13 November 2007 tahun lalu saat ketahun melakukan aksinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Β
"Selama di LP, saya cuma dapat perawatan dari teman-teman di sel dengan mengkompres kain di kepala dan perut. Sewaktu wajah dan perut dipukuli, mereka itu melapisinya dengan tumpukan kertas HVS," kata Bayu.
Cerita bocah pasangan Anasril dan Enizar ini menyebut, sewaktu polisi melakukan penganiayaan, kedua orangtuanya juga tidak boleh membesuknya. Malah anggota Buser melakukan pengancaman.
Β
"Pak polisi pernah keluarkan pistolnya. Bapak-bapak itu minta apa yang mereka lakukan jangan diberitahukan dengan orangtua. Pak polisi bilang, kalau ditanya kenapa wajahnya lebam-lebam, disuruh bilang karena tabrakan," kata Bayu.
Bayu mengaku tidak tahu pasti mengapa dirinya dijadikan sasaran emosional yang tak terkontrol oleh lima anggota Buser Poltabes Pekanbaru itu. Padahal, katanya, di ruang tahanan yang sama, masih banyak tersangka lainnya yang melakukan kasus yang lebih besar darinya.
Β
"Tapi entah kenapa kok malah aku yang jadi sasaran mereka. Sampai sekarang ini, punggung dan perut saya masih sakit bang," katanya.
Kasus kekerasan ini dilaporkan orang tua Bayu ke Polda Riau pada Februari lalu. Namun hingga saat ini belum ada tanggapan apa pun atas laporan tersebut.
(cha/djo)