Mengenang 99 Th Syahrir, Perdana Menteri Yang Terbuang

Mengenang 99 Th Syahrir, Perdana Menteri Yang Terbuang

- detikNews
Minggu, 30 Mar 2008 16:26 WIB
Jakarta - Pasca huru-hara 1966, Sutan Syahrir hijrah ke Eropa Tengah. Pada tahun tersebut pula, mantan Perdana Menteri ini akhirnya menghembuskan nafas yang terakhir di Zurich, 9 April 1966.

Politikus sosialis yang lahir pada 5 Maret 1909, hari ini di peringati dalan sebuah diskusi bertajuk Kondisi Politik dan Ekonomi Indonesia Kini dan Prospek Gerakan Sosialis Kerakyatan di Kantor YLBHI, Jalan Diponegoro, Jakarta, Minggu (30/3/2008).

"Waktu itu, Mohamad Hatta memberi saya uang buat belanja akhir pekan. Sisanya saya pakai buat jajan. Ketahuan oleh Sutan Sahrir. Kemudian ditegur Sutan Syahrir, kenapa tidak dibalikin uangnya, itukan korupsi?," ujar sejarawan dan pelaku sejarah, Des Alwi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sutan Syahrir yang menjabat Perdana Menteri dari 14 November 1945 hingga 20 Juni 1947 mendapat tempat khusus di keluarga dan bangsa. Salah seorang anak Sutan Syahrir, Upi Syahrir berharap Sutan bukan untuk hanya dikenang atau dikultuskan, tetapi untuk dipelajari sebagai referensi. "Beliau berjuang tidak untuk kekuasaan tetapi untuk kemerdekaan dan kesejahteraan," ujarnya.

Dalam mata Adnan Buyung Nasution, Sutan Syahrir menjadi inspirasinya tentang demokrasi berkonstitusi. Lebih lanjut, ada pemikiran Sutan syahrir yang seolah-olah bertentangan tapi sebetulnya berdampingan. "Bahkan, Sutan mengajari kita untuk berjiwa merdeka. Dan saat ini belum selesai untuk memerdekan diri sendiri," katanya.

Jika dibandingkan dengan Eropa, Sosialis Kerakyatan adalah Demokratis Konstitusional. "Ini yang harus dipelajari oleh pemuda masa kini," tambah anggota Dewan Penasehat Presiden ini.

Dalam peringatan yang sekaligus memperingati 60 tahun Partai Sosialis Indonesia (Partai yang didirikan oleh Sutan Syahrir), nampak juga wartawan senior Rosihan Anwar serta anggota PSI dari berbagai cabang di Jawa.

Mengenang Syahrir dalam kondisi terkini, menurut pengamat politik Arbi Sanit, pembangunan ekonomi Indonesia saat ini telah gagal. Dibanding dengan negara tetangga, Indonesia sangat jauh tertinggal. "Setiap pembangunan diiringi dengan penggusuran dan kemiskinan," ujarnya.

Kegagalan ini karena tidak adanya pemimpin yang siap bekerja efektif. Selain itu, partai juga tidak bisa memfungsikan secara maksimal dan bekerjasama secara sinergis. Di samping itu, juga sistem bekerja tidak konsisten. DPR bekerja dengan sistem parlementer, sedangkan Presiden dengan sistem presidensiil. "Akhirnya yang dirugikan adalah masyarakat," ujar pengamat politik dari UI ini.

Adapun PSI, dalam kacatama Arbi Sanit terkini, PSI dalam sejarahnya, telah mempunyai modal tetapi harus ditambah. Generasi PSI selanjutnya, harus mengembangkan lagi modal sejarah ini.

Adapun menurut ekonom Oxford, Prabowo, Indonesia saat ini tidak ada kebijakan yang jelas antara pemeratan dan pertumbuhan. Dia menilai pemerintah hanya tukang cuci piring yaitu stabilitas, keamanan dan lainnya. "Sedangkan sisanya disisakan kepada pasar,"ujarnya.

Saat ini, beberapa negara besar semakin bercampur tangan dalam perekonomian. Karena semakin liberal ekonomi, maka semakin diperlukan stabilitas perekonomian yag diatur oleh negara. "Tapi di Indonesia sebaliknya. Seperti Indosat dilepas ke pasar," jelasnya.

Sayangnya, kapasitas pasar Indonesia stagnan sehingga ekonomi riil tidak mungkin akan bergerak." Maka,apa yang dapat kita lakukan? Reformasi birokrasi yang harus dilakukan," paparnya seraya menilai reformasi birokrasi di Indonnesia masih lemah. (asp/iy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads