Ketika Buaya Meneror Warga Sungai Batanghari Sumsel

Ketika Buaya Meneror Warga Sungai Batanghari Sumsel

- detikNews
Selasa, 11 Mar 2008 20:43 WIB
Palembang - Selama tiga pekan terakhir masyarakat di Sungai Batanghari Mukut, Pulaurimau, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan diteror buaya. Tiga manusia dan puluhan ternak telah menjadi korban.

Memang selama ini kawasan rawa dan lebak di aliran Sungai Batanghari tersebut dipenuhi buaya. Bahkan mitos yang berkembang menyebutkan terdapat seekor buaya yang panjangnya hingga sembilan meter dan buaya putih yang hidup di Sungai Batanghari Mukut.

Meski begitu belum pernah ada korban jiwa dari keganasan buaya. Baru dalam tiga pekan ini, masyarakat di sepanjang Sungai Batanghari Mukut, Pulaurimau, khususnya di desa Mukut, diteror oleh serangan buaya. Teror ini bukan main-main, ada sejumlah warga yang melihat dan bergelut dengan buaya yang panjangnya 7 meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk menghentikan keganasan buaya-buaya tersebut, sebuah tim khusus diturunkan memburu buaya-buaya. Tim yang mulai bekerja hari ini, Selasa (11/03/2008) berjumlah 13 orang.

Mereka terdiri dari 3 anggota Koramil Pangkalan Balai, 3 anggota Polres Banyuasin, 5 polisi kehutanan. Semua anggota tim dibekali senjata api. Juga ada personil dari Kesbangpol Banyuasin dan BKSDA Palembang.

Menurut Kabid Sarana Prasarana dan Perlindungan Dinas Kehutanan Sumsel, Mursyid, tim khusus itu akan melakukan survei lokasi dan identifikasi di lapangan.

Dia menambahkan, pawang buaya belum disertakan dalam tim. Artinya, kalau kondisinya tidak memungkinkan, maka buaya terpaksa akan ditembak.

Masyarakat Tidak Bekerja


Akibat teror buaya yang meresahkan, Kepala Desa Mukut Ismiyanto menjelaskan banyak warga yang tidak berani beraktifitas, seperti mencari ikan atau mencari kodok. Bahkan, lelang sungai yang seharusnya berlangsung sekarang, terpaksa dihentikan.

"Biasanya jauh hari sebelum proses lelang dibuka sekitar bulan April, sebulan sebelumnya sudah banyak warga yang mendaftar. Namun sekarang warga yang biasa mengemim (beli sungai, Red) tidak berani lagi membeli sungai ini," katanya.

Untuk harga jual, sungai ini paling tinggi ditawar warga dengan harga Rp 50 juta. Harga itu relatif tinggi karena hasilnya cukup tinggi terutama ikan dan udang. Jika sungai ini sudah dibeli warga, maka proses penangkapan ikan akan dilakukan di sepanjang sungai dengan jalan membuat empang di pingir-pinggir sungai. "Namun kini warga tidak berani lagi. Takut dimakan buaya," katanya.

Berbagai usaha sudah dilakukan warga, misalnya mendatangkan pawang dan paranormal. Tapi, buaya-buaya itu tetap mengamuk. Setidaknya sudah tiga nyawa melayang akibat kebuasaan buaya sungai itu. Mereka adalah Putra Rojal (25) diseret buaya saat mandi pagi, 2 Februari 2008 lalu. Selang 10 hari kemudian, 12 Februari 2008, giliran Andira (11), dan Padai (40) dimakan buaya. Jasad ketiga korban hingga kini belum ditemukan.
(tw/bal)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads