Politik Bromocorah

Den Haag - Para politisi ngotot menggolkan pasal bekas narapidana boleh jadi anggota dewan. Para bromocorah ini nantinya yang akan membuat UU. Mengapa kaget? Bukankah Senayan tak berbeda dengan Cipinang?  

Ini merupakan aksi solidaritas klasik orang-orang dunia hitam. Para narapidana koruptor, penipu, pemerkosa, bandar narkoba, pembunuh, dan seterusnya supaya bisa bergabung kembali, jika masa hukuman mereka telah selesai. Reuni.

Dari sekian narapidana, yang paling diuntungkan adalah barisan narapidana koruptor. Sebab 'perjuangan politik' ini memang misi untuk mereka. Narapidana politik hari gini sudah tidak ada. Sedangkan narapidana penjambret atau maling ayam jangan mimpi, sebab selain Anda tidak punya afinitas politik, juga tak ada kemampuan fulus. Perjuangan ini bukan untuk Anda. Harap tahu diri.

Setelah ini gol, buntutnya nanti -sebagaimana buntut iblis- bisa bergerak liar. Misalnya, seseorang yang pernah dipidana bisa maju menjadi capres atau cawapres. Agak halus, pernah dihukum tapi belum ada ketetapan hukum yang tetap. Menurun vertikal ke bawah: bisa duduk di DPRD, menjadi gubernur atau bupati. Saat ini harus dijebol dulu benteng moral. Masyarakat diserukan jangan sok suci. Dibuat ragu bahwa tidak ada orang baik dan tidak ada orang jahat.

Yang merisaukan, hampir semua parpol baru (terlalu kelu untuk mengetik 'parpol reformatif'), juga ikut mendukung. Mengapa? Karena seperti klaim mereka sendiri: baik dan jahat sama saja. Maksudnya politisi Indonesia dengan bromocorah tidak ada bedanya. Begitu?

Keterangan Penulis:
Penulis adalah koresponden detikcom di Belanda. Tulisan ini merupakan pendapat pribadi dan tidak menggambarkan sikap/pendapat institusi tempat penulis bekerja.
(es/es)