Hal di ungkapkan Gugun G.S. salah satu anggota Paguyuban Pedagang Kaki Lima (PKL) se Sleman kepada wartawan seusai acara dialog mengenai kebijakan penataan PKL di bawah Jembatan Layang Janti, Depok Sleman, Minggu (24/2/2008).
Dalam dialog yang sebenarnya mengundang pihak eksekutif, Pemkab Sleman dan DPRD Sleman namun gagal karena tidak hadir hingga acara berakhir sore hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun bila pihak pemkab akan melakukan penggusuran dan relokasi sebagian besar anggota paguyuban PKL terutama pedagang makanan dan minuman menyatakan menolak. Sebab relokasi yang telah dilakukan di kawasan Manggungsari Ringroad Utara, Taman Kuliner Condongcatur dan Gejayan tahun lalu ternyata gagal.
"Dagangan banyak tak laku sehingga banyak kios yang sudah pindah tangan. Sebagian dari mereka juga ada yang tetap buka dagangan tapi di lain tempat," ungkap Gugun.
Menurut dia, paguyuban PKL Sleman yang beranggota lebih kurang 3.500 pedagang itu sebagian besar usaha jualan makanan/minuman. Sebagian besar berjualan di kawasan kampus seperti Bulaksumur UGM, di Samirono dan Karangmalang UNY, di Mrican Gejayandekat kampus Atmajaya dan Sanata Dharma dan kawasan Babarsari dan Seturan dekat UPN Veteran dan STIE YKPN Veteran.
Selama ini mereka sudah berkali-kali digusur dan dipaksa pindah seperti yang dilamai PKL di kawasan Selokan Mataram, kawasan UGM dan Jl Colombo Samirono. Apabila dilakukan relokasi, mereka menolak dengan alasan akan jauh dengan kawasan kampus. Kalau mau direlokasi harus dekat kampus atau dekat tempat jualan semula.
"Mereka juga khawatir tempat mereka akan ditempati orang lain dan kalau tempat jauh mereka harus cari pelanggan dan pasar lagi," kata Gugun. (bgs/bal)