Acah mendatangi Kantor Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Deplu di Jalan Pejambon, Jakarta, Jumat (22/2/2008) pukul 11.40 WIB.
Acah didampingi suami Karsih, Dacep (30), dan anaknya, Totok (12).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia meminta Deplu membantu pemulangan anaknya karena dalam sambungan telepon terakhirnya 7 Januari 2008, Karsih mengaku akan menghadapi hukuman pancung karena dituduh meracuni anak majikannya hingga tewas.
"Itu suara Karsih, bilang ingin pulang," kata Acah yang mengenakan jilbab hitam kepada Teguh.
Teguh lalu menunjukkan foto Karsih yang berpose bersama Atase Tenaga Kerja KBRI di Riyadh, Sukamto. Foto diambil pada 29 Januari 2008 lalu di kantor KBRI Riyadh. Acah membenarkan, sosok yang mengenakan baju serba hitam dan jilbab itu itu adalah putrinya.
Acah juga mencocokkan nomor telepon rumah majikan Karsih dengan pihak Deplu, dan nomor tersebut sama.
Namun Teguh meyakinkan Acah bahwa Karsih tidak terancam hukuman apa pun. "Tidak ada hukuman pancung itu, kami juga sudah minta Karsih menghubungi keluarga," katanya.
Namun Acah bersikeras jika Karsih ingin pulang. "Itu suara Karsih, dia mau pulang, mau pulang," cetus Acah ngotot.
"Jadi yang benar yang mana ini? Ada berapa Karsih? Saya akan membantu, tapi Karsihnya ini tidak mau, orang dia sehat-sehat, gemuk-gemuk saja," jawab Teguh.
Meski mendapat penjelasan anaknya sehat-sehat saja, sikap Acah tak berubah. Dia tetap ngotot meminta Karsih dipulangkan.
"Bapaknya sampai masuk rumah sakit, ingin Karsih pulang," katanya.
Teguh menjelaskan, pihaknya sudah membujuk agar Karsih pulang supaya keluarganya tenang. "Kita bilang coba Karsih pulang, tapi pemerintah tidak bisa memaksa kalau dia tidak mau pulang," tuturnya.
Namun Acah terus bersikeras. "Pokoknya kami minta Karsih pulang, dia mau pulang kok!" cetusnya.
Teguh lalu mencoba menenangkan Acah dan berjanji akan membantu membujuk Karsih. "Untuk kesekian kalinya kami akan meminta Karsih untuk pulang," janji Teguh. (umi/sss)











































