"Sampai saat ini perburuan liar harimau sumatera masih marak di seluruh kawasan hutan di pulau Sumatera. Kita menyayangkan pemerintah yang terkesan lambat dalam mengamankan satwa liar seperti harimau yang kini terancam punah," terang Oesmatri alias Abeng Koordinator Monitoring Harimau Sumatera WWf Riau dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (14/2/2008) di Pekanbaru.
Abeng menjelaskan, peredaran tubuh harimau sumatera khususnya kulit sampai kini peminatnya masih banyak dari dalam negeri. Biasanya kolektor menginginkan kulit harimau sumatera tanpa ada cacat.
ย
"Kalau harimau yang tertangkap tanpa ada cacat, harganya cukup mahal. Tapi kalau ada cacat, misalnya kulit terkoyak akibat jeratan, harganya akan turun," kata Abeng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau sudah menjual dalam bentuk kulit itu, biasanya itu sudah termasuk seluruh organ tubuh lainnya. Namun ada juga pemburu yang mengakali dengan mengambil kumis dan bulu alis matanya yang akan dijual secara terpisah lagi," kata Abeng.
Untuk kumis dan bulu alis mata bila dijual secara terpisah harga bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 2 juta. Tapi soal harga ini lagi-lagi merupakan keyakinan tersendiri dari peminatnya. Bisa jadi harganya pun murah meriah, kalau memang dijual pada yang tidak hobi mengkoleksi organ tubuh harimau.
"Mahal atau tidaknya sebuah kumis atau alis mata harimau, sangat tergantung pada pembelinya. Kalau menjual pada yang tidak hobi organ tubuh harimau, jelasnya harganya murah hanya ratusan ribu saja," kata Abeng.
Biasanya, penjualan terpisah organ harimau ini, juga ditentukan dengan kondisi harimau itu sendiri. Misalkan saja, harimau yang terjerat ternyata kondisinya sudah membusuk. Maka kulitnya jelas tidak laku lagi diperjual belikan.
ย
"Kalau sudah kondisi membusuk dan kulit sudah rusak, maka pemburu liar hanya dapat menjual, taring, kuku danย tulangnya saja," kata Abeng. (cha/djo)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini