Memang, ada sebuah memori tentang Soekarno yang tertinggal di pinggir danau yang terletak di Prapat, Simalungun, Sumatera Utara ini. Sebuah rumah dijadikan tempat penahanan ayahanda Megawati Soekarnoputri ini pada 1948 lalu saat zaman penjajahan Belanda.
Selama 22 hari, Soekarno ditawan pikirannya di rumah berlantai 2 ini, sebelum akhirnya dibuang ke Pulau Bangka. "Pembangunan tugu ini maksudnya untuk mengenang dan menandakan beliau pernah ada di sini," tutur penjaga rumah, Tetap Suparto, Selasa (12/2/2008).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi bisa dikatakan, hanya di rumah bergaya kolonial itu sajalah kehadiran Soekarno terasa. Hal ini dapat dilihat dari foto-foto tempo dulu presiden pertama Republik Indonesia ini.
"Dulu saat Bu Mega masih jadi presiden, tugu ini sempat mau dibangun, tapi beliau keburu turun, dan sekarang jadi tertunda proyeknya," tutur pria keturunan Jawa dengan logat Sumut yang kental ini.
Usul pembangunan tugu yang digagas mantan Gubernur Sumut almarhum Tengku Rizal Nurdin ini pun kandas begitu saja. Hanya dalam bentuk lukisannya saja yang terpampang di dinding rumah.
"Kalau di Brastagi sudah dibuat tugu peringatannya. Dan di sana Pak Soekarno memang sempat ditahan 12 hari," jelas pria yang bertugas sejak 1990 ini.
Bukan pula usulan ini tidak disampaikan pada pejabat tinggi di Jakarta yang kerap singgah di Prapat. Salah satunya adalah Ketua MPR Hidayat Nurwahid pada 2007 lalu.
"Waktu itu Pak Hidayat bilang akan disampaikan ke Jakarta. Dan katanya memang banyak aspek politik nantinya," tutur Tetap yang belum juga menjadi pegawai tetap.
Rumah pengasingan Soekarno ini kini perawatannya berada di tangan Pemprov Sumut. Dan hanya tamu-tamu yang mendapat izin dari pemerintah daerah sajalah yang dapat bernostalgia di tempat ini.
Di sisi lain, tak kunjung dibangunnya tugu ini pun mengundang sesal seorang warga setempat. Seperti halnya Manurung yang biasa menyewakan perahu bagi wisatawan yang berkunjung.
"Dulu Bu Mega sempat meletakkan batu pertama di sini. Tapi setelah beliau turun, tidak terdengar lagi. Padahal kalau ada tugu, itu bisa menjadi obyek wisata di Prapat sini," ucap Manurung. (ndr/sss)