Alfredo Reinado Alves, begitu nama lengkapnya, memiliki darah Portugis dari ayahnya, dan Timor Leste dari sang ibu. Wajah ganteng pria 41 tahun itu sebenarnya tak asing bagi warga Indonesia. Dia sempat nongol di sebuah acara talkshow Kick Andy - Metro TV pada Mei 2007 lalu.
Dalam wawancara itu, Alfredo mengungkapkan kemarahannya pada mantan Presiden Timor Leste Xanana Gusmao. Xanana dianggap telah berkhianat saat Alfredo menjadi buronan yang paling dicari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alhasil, sejumlah orang terbunuh dan sekitar 150 ribu warga mengungsi. Atas terbunuhnya sejumlah warga sipil dan polisi itu Alfredo menjadi buronan pemerintah.
Xanana yang saat itu menjadi Presiden dan Horta menjabat Menlu meminta pasukan keamanan Australia untuk menangkap Alfredo. Saat bertahan di atas gunung, Xanana meminta Alfredo menyerahkan senjata.
Alfredo memenuhi imbauan itu dan turun ke Dili, menyerahkan sejumlah senjata kepada pasukan Australia. "Karena saya mematuhi perintah presiden sebagai komandan tertinggi," ujarnya.
Namun dia kembali ditangkap dan dibui dengan tuduhan menyembunyikan senjata. Tak sampai dua bulan di balik terali besi, Alfredo dan sejumlah anak buahnya berhasil melarikan diri. Alfredo merasa upaya hukum yang dia lakukan selalu kandas. Sementara dirinya dan anak buahnya terancam dihabisi.
Alfredo memang marah besar pada Xanana. Meski demikian, agaknya pemimpin Timor Leste yang dulunya juga pemberontak itu telah menginspirasi Alfredo.
Selama menjalankan aksinya, Alfredo menggunakan taktik mirip Fretilin, kelompok pimpinan Xanana yang memberontak terhadap integrasi Timtim ke Indonesia. Taktik hit and run alias gerilya menjadi bekal Alfredo untuk terus melancarkan aksinya.
Dalam wawancara itu, Alfredo yang tampak gagah dengan seragam lorengnya tetap berkeyakinan dirinya tak bersalah.
"Saya berusaha agar pertikaian internal tentara itu tidak meluas menjadi perang antar-etnis," ujarnya.
(fiq/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini