"Listrik yang digunakan pompa untuk menyedot air dimatikan PLN dari Jumat 3 Februari 2008 pukul 11.00 WIB dan baru dinyalakan pada Sabtu 4 Februari 2008 pukul 15.00 WIB," ujar Kepala Sub Dinas Pengembangan Sumber Daya Alam Dinas PU Pemprov DKI Jakarta Nyoman Suwandi kepada detikcom, Senin (4/2/2008).
Menurut Nyoman, PLN beralasan, jika listrik dinyalakan akan menyebabkan korsleting listrik. Padahal, imbuh Nyoman, saat PLN mematikan listrik berbarengan dengan puncak air pasang di bandara sebesar 184 centimeter. Seperti diketahui, pada 1 Februari PLN mematikan lebih 900 gardu listriknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena PLN mematikan listrik, 3 pompa di Kali Tanjung tidak bisa digunakan. Nyoman menuturkan, pihaknya lalu menerjunkan 15 pompa mobile yang tidak mengandalkan listrik PLN ke Tol Sedyatmo. Pompa tersebut mempunyai kapasitas untuk menyedot air sebesar 250 liter per detik.
"Kemampuan menyedot air untuk 15 pompa mobile sama dengan 1 unit pompa di Tanjung," jelas Nyoman.
Pengiriman 15 pompa mobile mengalami kesulitan karena tingginya genangan air dan banyaknya truk yang mogok. Dua alasan inilah yang menyebabkan genangan di tol bandara sulit surut.
Sementara itu langkah ke depan untuk mengantisipasi banjir di Bandara, Wakil Kepala Dinas PU Budi Widiantoro menyatakan pihaknya akan memperdalam dan memperlebar saluran di sekitar Kali Tanjung.
Pembenahan saluran, menurut Budi, terhambat pembebasan lahan oleh warga.
"Namun kita juga masih menunggu anggaran dari Pemprov DKI turun," kata Budi kepada detikcom.
(nik/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini