Situasi di negeri Afrika itu benar-benar genting. Bahkan militer tak bisa menghentikan gelombang aksi pembunuhan yang dilakukan berbalas-balasan.
Lebih dari 100 orang telah tewas dalam empat hari terakhir akibat pertikaian etnis Kikuyu dan Luo. Kebanyakan dari mereka tewas terkena panah atau dibakar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demikian disampaikan Grace Kakai, komandan polisi di Kota Naivasha, Rift Valley seperti dilansir knator berita AFP, Selasa (29/1/2008).
Menurut Kakai, beberapa anak-anak yang tewas terpanggang tak bisa dikenali lagi. "Yang bisa saya katakan, mereka anak-anak sekolah. Situasi sangat buruk, orang-orang saling bertikai dan mencoba mengusir mereka dari daerah ini. Kita harus mengevakuasi rakyat," imbuhnya.
Kekerasan etnis ini memanas sejak kisruhnya pemilihan umum pada Desember 2007 silam. Dalam pemilihan itu, Presiden Mwai Kibaki dinyatakan sebagai pemenang tetapi pemimpin oposisi Raila Odinga mengklaim telah terjadi kecurangan dalam pemilu itu.
Kibaki berasal dari etnis Kikuyu sedangkan Odinga dari Luo. Sejak itulah kedua etnis saling melancarkan serangan.
Sejauh ini kerusuhan tersebut telah merenggut setidaknya 700 nyawa dan menyebabkan 260 ribu orang mengungsi. (ita/nrl)