Pak Harto mengungkapkannya dalam buku "Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya".
Di dalam bab 84 yang berjudul "Ada yang Salah Kira", dia menjelaskan soal hubungannya dengan mertua Gubernur DKI Fauzi Bowo itu. Kutipannya sebagai berikut:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang suatu waktu kita akan kembali kepada Tuhan. Kita tidak bisa mengelak. (halaman 440).
Tentang Sudjono Humardani terdengar orang bicara, seperti ia lebih tahu daripada saya mengenai kebatinan. Padahal Djono sendiri biasa sungkem pada saya. Ia menganggap saya lebih tua dan lebih mengetahui soal ilmu kebatinan.
Ya, kebatinan bagi saya, bukanlah kebatinan anggapan sementara orang. Seperti sudah saya kemukakan di depan, kebatinan itu ialah ilmu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Orang lain mengatakan bahwa kebatinan itu, ya begitu, ya begini, dan kemudian berguru dan sebagainya. Itu tafsiran orang lain. Bagi saya, sekali lagi, ilmu kebatinan itu adalah untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.
Memang benar, Djono suka datang pada saya dengan membawa buku berisi tulisan. Dia mempunyai kepercayaan. Maka ia suka menyampaikan sarannya. Saya terima saja sarannya, untuk menyenangkan hatinya. Tidak saya telan begitu saja sarannya itu.
Saya analisa. Saya pertimbangkan, apakah rasional atau tidak sarannya itu. Jika rasional, jika masuk akal, maka saya terima. Jika tidak, maka tentulah tidak saya pakai sarannya itu.
Jadi, yang mengira bahwa Djono itu guru kebatinan saya, kecele. Sangkaan begitu tidak benar. Mengenai ilmu kebatinan, Sudjono lebih banyak bertanya kepada saya daripada sebaliknya. Ia sendiri pernah berkata, "Saya berguru kepada Pak Harto." (halaman 441-442). (umi/sss)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini