Tidak aneh jika Soeharto yang kini terbaring kritis mendapat julukan sebagai Bapak Pembangunan.
Di masa kepemimpinannya, Pak Harto selalu membuat program jangka pendek pembangunan yang harus dicapai dalam konsep Repelita-nya atau Rencana Pembangunan Lima Tahun. Tidak hanya itu, program tinggal landas pun dicanangkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya pemberitaan, untuk mensukseskan pembangunan pedesaan, tayangan khusus pun dibuat, mulai Dari Desa ke Desa hingga Klompencapir atau Kelompok Pendengar, Pembaca dan Pemirsa.
Dalam acara Dari Desa ke Desa, biasanya Pak Harto berkunjung ke sebuah daerah. Dia ingin menyentuh langsung sendi kehidupan masyarakat desa. Di tempat yang dituju itu biasanya akan digelar pertemuan antara Presiden dengan perangkat desa dan petani.
Meski terkesan diatur dan pertanyaan yang akan diajukan sudah ditentukan, dalam pertemuan itu terjadi dialog antara mantan orang nomor satu di republik ini dengan wong cilik.
'Warisan' Pak Harto lainnya yang masih diingat adalah Klompencapir. Tayangan ini menampilkan petani-petani berprestasi dari berbagai daerah. Mereka diadu kepintarannya dan pengetahuannya seputar pertanian, antara lain soal cara bertanam yang baik dan pengetahuan tentang pupuk. Modelnya mirip cerdas cermat.
Tidak lupa juga diperagakan cara bertanam yang benar. Lucu dan informatif. Di tengah minimnya berita hiburan saat itu, tayangan ini cukup menghibur.
Keberhasilan Klompencapir saat itu membuat salah satu menteri Presiden SBY, Sofyan Djalil --saat masih menjadi menteri Komunikasi dan Informasi-- meliriknya.
Sofyan berniat menghidupkan kembali Klompencapir lewat Kelompok Informasi Masyarakat (KIM). Dengan KIM ini, Sofyan berharap masyarakat aktif dalam mencari dan mengolah informasi untuk kepentingan mereka sendiri.
Sofyan beranggapan tidak semua program yang diterapkan di masa Orba jelek.
Program wong cilik itu memang terbukti manjur. Di masa itu Indonesia sempat mencapai swasembada pangan dan mendapatkan penghargaan dari FAO tahun 1984, meski banyak yang menuduh sebagai keberhasilan semu.
AMD
Tidak hanya menggarap program Dari Desa ke Desa dan Klompencapir, Soeharto yang waktu itu menjadi panglima tertinggi ABRI juga mencanangkan program ABRI Masuk Desa (AMD) pada tahun 1978.
Soeharto memberikan petunjuk itu saat melantik Jenderal M Yusuf sebagai Menhankam/Pangab. M Yusuf mendapat petunjuk untuk membangun kemanunggalan ABRI dengan rakyat. Artinya saat itu ABRI harus menyatu dengan masyarakat untuk bersama-sama membangun di pedesaan dan membantu meningkatkan kesejahteraannya.
Personel TNI diberdayakan untuk melakukan pembangunan di desa-desa, mulai dari irigasi, jembatan dan lain-lain, yang intinya untuk mendukung peningkatan sarana dan prasarana yang betul-betul menyentuh langsung kepentingan dan perbaikan kehidupan masyarakat di pedesaan.
Program ini dirasakan penting untuk membuka isolasi daerah terpencil, meningkatkan roda perekonomian masyarakat di daerah yang dapat membuka akses yang lebih luas untuk pemasaran hasil bumi dan produk produk yang ada di desa.
Selain sasaran fisik, ada juga sasaran non fisik yang diarahkan pada peningkatan wawasan dan semangat kebangsaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta kesadaran bela negara yang mampu menggugah semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
Program ABRI Masuk Desa itu kini masih berlanjut, namun berubah menjadi TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD).
Di era reformasi, kegiatan ini sempat menuai kritik pedas. AMD di beberapa daerah tertentu dianggap hanya program untuk mengontrol desa dan penduduk.
(umi/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini