"Saya ke sini cari rezeki mas. Karena saya tahu banyak wartawan siang malam mencari berita menunggu Pak Harto," kata Mas Gito dengan logat jawa yang kental di RSPP, Jl Kyai Maja, Jakarta, Senin malam (14/1/2007).
Menurut Mas Gito dia praktek sejak Minggu 13 Januari 2008 malam. Dan karena sentuhan pria yang akrab disapa Mas Gito ini begitu mengena, para wartawan pun langsung informasi berbagi dengan wartawan lain. Alhasil Gito pun laris manis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak heran saat pria berusia 35-am tahun ini datang dengan tas tuanya, beberapa wartawan segera menggunakan jasanya. Saat ditanya berapa tarif pijat per jamnya, Gito langsung buka tarif.
"Biasanya Rp 25 ribu, tapi Rp 20 ribu pun tidak apa-apa," imbuhnya.
Pasien pertama Gito malam ini adalah salah seorang pria wartawan media asing. "Kalau difoto boleh, tapi jangan sebut nama saya ya," ujar dia sambil meringis saat dipijat Gito.
Awalnya Gito malu-malu kucing saat ditanya mengenai pofesinya ini. "Enggak usahlah Mas, masak gini aja diberitain," tuturnya dengan lugu.
Tapi akhirnya, dengan rela Gito pun berbagi cerita. Sambil memijat pasien yang berbaring beralaskan koran di depan lobby RSPP, Gito terus memainkan jarinya. (ndr/aba)