Berikut catatan sakitnya Soeharto yang berhasil dirangkum detikcom:
1999
20 Juli 1999. Soeharto terkena stroke ringan dan menjalani pemeriksaan radiologi dan MRI di RSP Pertamina Jakarta. Kejaksaan Agung menghentikan sementara penyelidikan kasus Soeharto.
28 Juli 1999. Kesehatan Soeharto membaik. Mulut yang diberitakan miring kembali normal. Soeharto menjalani sejumlah pemeriksaan kesehatan seperti pemeriksaan kondisi syaraf secara menyeluruh (EEG) dan CT Scan
30 Juli 1999. Mantan Presiden RI ke-2 ini meninggalkan RSP Pertamina. Tim dokter yang dipimpin Dr Ibrahim Ginting, mengizinkan Soeharto pulang.
14 Agustus 1999. Sekitar pukul 09.00 WIB, Soeharto dilarikan ke RSP Pertamina. Dia harus menjalani rawat inap setelah mengalami pendarahan di usus saat hendak mengambil air wudu untuk salat subuh di kediamannya.
Soeharto kemungkinan menderita ambeien atau haemorroid akibat kebanyakan berbaring dan duduk selama proses penyembuhan, baik di RSPP maupun di rumah.
7 Oktober 1999. Tim dokter menerangkan Soeharto masih sakit sehingga tidak dapat mengikuti pemeriksaan di Kejaksaan Agung. Surat keterangan tim dokter yang ditandatangani Dr Hari Sabardi ini menekankan, keterangan
tersebut dibuat berdasarkan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara medis.
2000
14 Februari 2000. Soeharto mengalami kesulitan berkomunikasi verbal.
7 Maret 2000. Tim dokter keluarga menyatakan Soeharto yang dikatakan sakit jasmani dan rohani dibawa ke RSCM oleh Kejakgung untuk pemeriksaan ulang kesehatannya.
14 Agustus 2000. Soeharto kembali masuk RSP Pertamina untuk pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan endoskopi dan CT Scan.
23 September 2000. Soeharto foto otak di RSP Pertamina.
2001
24 Februari 2001. Soeharto menjalani operasi usus buntu di RSP Pertamina.
26 Februari 2001. Kondisi kesehatan Soeharto membaik meskipun infus belum dicabut.
13 Juni 2001. Soeharto menjalani operasi pemasangan alat pacu jantung permanen di RSP Pertamina. Tim dokter RSCM menemukan frekuensi nadi rendah. Akibatnya distribusi oksigen ke organ-organ tubuh penting, seperti
otak, ginjal, dan jantung terganggu.
17 Desember 2001. Soeharto kritis dan dibawa ke RSP Pertamina. Batuk-batuk dan sesak napas. Tensi darah 180/70 dengan suhu 38-39 derajat Celsius.
18 Desember 2001. Soeharto menderita pneumonia dengan gejala flu, batuk, demam, tidak mau makan, dan diare. Karena pertimbangan non medis seperti faktor emosional dan kultural, seperti perayaan Idul Fitri, tim dokter
memutuskan Soeharto dirawat secara intensif di rumah.
28 Desember 2001. Soeharto kembali menjalani rawat inap di RSP Pertamina selama 11 hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
14 Maret 2002. Siti Hutami Endang Adiningsih atau Mamiek, putri bungsu Soeharto, mengungkapkan kesehatan Soeharto memburuk.
15 Maret 2002. Soeharto mengalami pendarahan dan harus diinfus.
16 Maret 2002. Kesehatan Soeharto menurun. Tim dokter memberikan transfusi darah.
18 Juni 2002. Untuk membuktikan kebenaran kesehatan Soeharto telah pulih, Kejaksaan membentuk tim dokter. Lebih dari 20 dokter memeriksa kesehatan Soeharto. Tujuh diantaranya adalah tim dokter independen RSCM yang ditunjuk Kejaksaan, sisanya adalah dokter keluarga Soeharto.
12 Agustus 2002. Ketua Tim Dokter Soeharto, Akhmal Taher, mengumumkan kesehatan Soeharto lebih baik dibanding saat terserang stroke pada 1999 dan 2001. Namun kemampuan berbahasanya terganggu.
29 Oktober 2002. Soeharto berziarah ke makam Tien Soeharto di Astana Giribangun, Mangadeg, Karanganyar. Dia tampak sehat dan segar serta mampu berjalan sendiri tanpa dipapah maupun menggunakan tongkat.
2003
29 April 2003. Kesehatan Soeharto kembali memburuk dan dilarikan ke RSP Pertamina. Pendarahan saluran pencernaan sudah merembet ke jantung. Sebelumnya Soeharto telah dipasang alat pacu jantung.
2004
7 Januari 2004. Kejaksaan Agung memerintahkan Kejaksaan Negeri Jaksel memeriksa kondisi kesehatan Soeharto. Tim dokter RSCM memeriksa kesehatan
Soeharto selama tiga kali dan menyimpulkan Soeharto menderita cacat psikologi permanen.
7 Februari 2004. Mantan PM Malaysia Mahathir Mohammad mengunjungi Soeharto. Menurutnya Soeharto sehat. Hanya saja berbicaranya tidak lancar.
29 April 2004. Kesehatan Soeharto memburuk. Pendarahan saluran pencernaan kembali terjadi.
2 Mei 2004. Tim dokter RSPP mengumumkan kesehatan Soeharto membaik.
2005
5 Mei 2005. Soeharto masuk RSPP lagi dengan sakit yang sama, pendarahan usus. Namun, tim dokter menilai kondisi Soeharto relatif cukup aman. Soeharto kemudian menjalani rawat jalan. Rawat inap hingga 11 Mei 2005.
2006
4 Mei 2006. Setelah tampil di muka publik dalam beberapa kesempatan seperti pernikahan cucu dan pertemuan dengan mantan PM Singapura Lee Kuan Yew, Soeharto lagi-lagi dirawat di RSP Pertamina. Soeharto mengalami
pendarahan yang mengakibatkan penurunan kadar sel darah merah dalam darah atau Hemoglobin (Hb).
11 Mei 2006. Setelah dioperasi pada 8 Mei 2006, penguasa Orde Baru itu dioperasi lagi. Operasi ini untuk memasukkan pipa lambung sebesar jari kelingking orang dewasa ke dinding perut sebelah kiri atas
18 Mei 2006. Soeharto kritis. Soeharto dikabarkan sudah tidak bisa melakukan sejumlah aktivitas yang dilakukan sehari sebelumnya.
19 Mei 2006. Keluarga Cendana pasrah jika Soeharto dipanggil Tuhan sewaktu-waktu. Wakil Ketua Komisi II Priyo Budi Santoso menyatakan Mbak Titiek ngomong mereka sudah ikhlas jika Pak Harto dipanggil sewaktu-waktu.
Tamu yang menjenguk hanya diperbolehkan melihat dari jauh.
22 Mei 2006. Kesehatan Soeharto berangsur-angsur membaik. Meski masih dalam masa kritis, secara umum kesehatannya bertambah baik. Sudah bisa berkomunikasi dengan keluarga dan mulai menjalani fisioterapi.
25 Mei 2006. Kondisi Soeharto sudah dalam batas normal dan tenang. Pendarahan sudah berhenti. Fungsi organ tubuh relatif baik walaupun terserang pilek.
30 Mei 2006. Kesehatan Soeharto semakin membaik dan menjalani pemeriksaan electro enchephalo graph (EEG). Diperbolehkan pulang jika fungsi pencernaan, jantung, ginjal dan pernafasannya sudah normal.
31 Mei 2006. Soeharto meninggalkan RSPP pukul 8.35 WIB menuju kediamannya. Soeharto ditemani tim dokter dan Dirut RSPP Dr Adji Suprajitno. Meski selang di lambung masih terpasang kondisinya semakin membaik.
2008
4 Januari 2008, Soeharto kembali masuk RSPP. Menurut pengacaranya, Assegaf, ia hanya check up biasa. Tapi anehnya Soeharto harus rawat inap. Soeharto juga menjalani USG dan CT scan. Informasi yang beredar, penyakit Soeharto kali ini lebih parah. (iy/asy)