Dr Emmy Pranggono, dokter yang menangangi pasien flu burung, mengungkapkan kondisi pasien sangat lemah. Arlan mengalami demam tinggi dan sesak napas.
"Sampai saat ini kondisinya belum membaik. Tekanan darahnya drop, napas cepat serta trombositnya turun," ujar Emmy di RSHS Bandung, Jalan Pasteur, Kamis (3/1/2008).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun di bawah meja jahitnya ada ayam bangkok milik kakak iparnya, tapi tidak mati. Ayamnya sehat. Meski demikian, kita anggap dia suspect karena sempat kontak dengan unggas," terangnya.
Emmy menambahkan gejala demam disertai pusing kepala sudah dirasakan pasien sejak Sabtu, 29 Desember 2007 lalu. Kemudian keesokan harinya dia pergi ke klinik. "Menurut dokter yang memeriksa katanya radang tenggorokan," tutur Emmy.
Rabu, 2 Januari 2008, sekitar pukul 14.00 WIB, Arlan pinsan di kamar mandi. Setelah itu dia kejang-kejang dan sesak napas. "Pasien tidak bisa jalan," tambahnya.
Kemudian Arlan dilarikan ke puskesmas Rancaekek. Namun karena tidak bisa ditangani, akhirnya dirujuk ke RSHS. "Malam harinya pukul 21.00 WIB, pasien masuk ruang isolasi Flamboyan (ruang rawat khusus pasien suspect flu burung-red)," ujar Emmy.
Saat ini, lanjut Emmy, pasien dipasangi inkubasi dan fentilator. Arlan pun diberikan obat tamiflu. "Dari pemeriksaan hasil rontgen, kami menduga dia terkena radang paru-paru atau broncho pnemoni," jelasnya.
Untuk memastikan apakah Arlan terkena virus avian influenza, masih harus menunggu perkembangan selama tujuh hari dan dilakukan pemeriksaan PCR.
Sebelumnya dua pasien suspect flu burung, yaitu Bambang (17) dan Asup (25), juga sempat dirawat di RSHS. Namun setelah menjalani pemeriksaan medis, dua karyawan sebuah rumah makan di Cicalengka ini dinyatakan negatif. (ern/djo)