Nama lengkapnya adalah raudhatul jannah atau taman surga. Semula lokasi raudhah berada di luar Masjid Nabawi, atau tepatnya di antara rumah Nabi dan Mihrab di masjid. Namun seiring perluasan Masjid Nabawi yang telah dilakukan beberapa kali, lokasi itu saat ini berada di dalam masjid.
Di tempat itu, dahulu Nabi Muhammad sering duduk untuk membacakan wahyu dan mengajarkannya kepada sahabatnya. Nabi pernah bersabda, "Antara kamarku dan mimbarku terletak satu bagian dari taman surga." Sedangkan kamar yang dimaksud sekarang menjadi makam Nabi sesuai wasiatnya yang mengatakan, "Tidak dikuburkan seorang Nabi kecuali di tempat dia meninggal."
Berdasar hadits itulah kebanyakan umat Islam berusaha untuk bisa berada di raudhah dan melaksanakan salat di tempat itu. Mereka berharap dengan bisa berada di salah satu taman surga itu, nantinya akan dimasukkan sebagai ahli surga. Selanjutnya mereka akan ziarah ke makam Nabi dan dua sahabat yang dimakamkan di sebelahnya; Abu Bakar Asshidiq dan Umar bin Al-Kaththab.
Ruangan itu tidak seberapa luas, tak lebih 144 meter persegi. Saat ini lokasi itu ditandai lima pilar besar berwarna putih dengan kaligrafi khas yang indah. Bagian lantainya digelar ambal berwarna putih, juga dengan ornamen unik yang khas dan berbeda dengan warna ambal yang digelar di lantai bagian lain di Masjid Nabawi.
Sudah menjadi pemandangan umum, setiap musim haji tiba para jamaah yang singgah di Madinah akan berebut untuk bisa masuk ke lokasi itu. Bukan hanya jamaah, petugas dari PPIH juga memanfaatkan berbagai peluang dan kelonggaran waktu untuk menyempatkan beribadah di raudhah.
Petugas di Daker Madinah punya banyak kesempatan. Saat jamaah gelombang satu belum tiba dan di saat seluruh jamaah gelombang satu itu telah berpindah ke Makkah, para petugas leluasa untuk datang ke raudhah. Meskipun masih banyak juga jamaah negara lain yang berdatangan, namun setidaknya sudah lebih longgar.
Demikian pula ketika jamaah gelombang dua belum tiba dari Makkah, hari-hari longgar itu juga dimanfaatkan petugas untuk beribadah ke raudhah. "Mumpung belum banyak pekerjaan dan kita jamaah belum belum datang. Kalau jamaah sudah datang, sangat sulit masuk raudhah," ujar Sri Budiyanto, seorang petugas dari PPIH.
Budi mengaku cukup leluasa untuk berada di raudhah saat ini. Namun Anda jangan membayangkan bahwa leluasa itu berarti ruangannya longgar dan kita bisa dengan nyaman duduk-duduk maupun salat di dalamnya.
Meskipun jamaah Indonesia belum tiba, namun jamaah negara lain seperti Turki dan Iran yang telah tiba di Madinah maupun warga asli Saudi juga ikut memenuhi ruangan itu. Tetap sulit juga mencari tempat salat yang nyaman, apalagi sekedar duduk-duduk untuk membaca ayat-ayat Al-Qur'an; salah-salah kita akan terinjak orang yang ingin masuk.
Bahkan tak jarang, kita diminta petugas ketertiban masjid untuk segera keluar, memberi kesempatan bagi yang lain. "Tapi ini masih lebih longgar dibanding nanti kalau jamaah kita yang memiliki kuota jamaah haji terbanyak di seluruh dunia itu tiba. Makanya malam ini saya harus menyempatkan diri datang kemari," ujar Sutono, petugas PPIH yang lain, Kamis (27/12/2007) dinihari.
Sedangkan bagi para jamaah, berdesakan masuk ke ruangan itu seringkali juga menimbulkan persoalan, apalagi bagi jamaah Indonesia yang berperawakan kecil jika harus beradu fisik dengan jamaah dari negara-negara lain yang berperawakan tinggi besar.
Musim haji tahun ini setidaknya sudah ada dua jamaah kita dari gelombang satu yang meninggal di lokasi tersebut. Muktamad bin Mahyudin asal Labuapi, Lombok Barat, meninggal ketika terjatuh saat berdesak-desakan. Yang kedua adalah TB Achmad Djazuli bin Muhamad Dachlan asal Bengkalis, Riau, meninggal di raudhah.
Meskipun berkali-kali petugas mengingatkan kepada jamaah untuk tidak memaksakan diri dalam melaksanakan hal-hal sunah, termasuk di antaranya beribadah di raudhah dan ziarah Nabi, namun tak mudah bagi jamaah untuk menerima imbauan itu. Mereka tetap berebut masuk mumpung ada kesempatan berada di Madinah.
Kamis (27/12/2007) malam ini waktu Arab Saudi, jamaah gelombang dua akan mulai tiba di Madinah. Pemandangan berjubel manusia untuk berebut masuk raudhah akan kembali terjadi.
Tak kurang-kurang imbauan disampaikan, bahkan Menteri Agama yang juga selaku amirul hajj telah mengimbau kepada seluruh jamaah untuk lebih mendahulukan persoalan yang hukumnya wajib yaitu menjaga kesehatan dan keselamatan, dibanding peribadatan yang hukumnya sunah termasuk di dalamnya i'tikaf dan ziarah.
Menindaklanjuti imbauan Menteri Agama itu, petugas di Daker Madinah juga telah mengeluarkan edaran untuk bisa dipahami semua jamaah agar menjaga kesehatan dan keselamatan diri, terlebih saat ini musim dingin sedang berlangsung di Arab Saudi, terutama di Madinah yang suhunya terkenal sangat ekstrim.
Tapi kendalanya justru pada jamaah sendiri. Meski dalam kondisi seperti apa pun, mereka akan tetap ingin melaksanakan arbain, salat 40 kali berturut-turut di Masjid Nabawi. Juga berdesakan masuk raudhah dan ziara ke makam Nabi. Petugas masih harus bekerja ekstra keras untuknya. (mbr/asy)