Puluhan ibu di Bukit Duri pun mengantre minah sedari pagi, Rabu (26/12/2007). Mengantre jelas bukan pekerjaan menyenangkan. Mereka menjadi tak sabar, lalu cekcok dengan sesamanya. "Antre dong! Antre dong!" kata mereka.Saling dorong juga tak terhindarkan.
Beruntung aksi tersebut tidak berlanjut, karena ibu-ibu lainnya mencoba melerai pertengkaran tersebut. Akhirnya cekcok pun dapat dicegah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga resah karena persediaan minyak tanah hanya tersisa 1 tong saja. Padahal masih ada ribuan dirijen yang sudah disusun rapih dan mengular hingga 300 meter.
Pemilik pengkalan minyak tanah hanya menyediakan 5.000 liter dan membatasi pembelian agar seluruh warga yang membeli terbagi rata. Setiap dirijen hanya boleh diisi 5 liter minyak.
Akibat langkanya minyak, harga pun naik. Warga mengeluhkan harga minyak tanah tersebut yang tidak seperti biasanya.
"Sekarang per liternya Rp 3.500 padahal biasanya Rp 2.500. Ini kan kemahalan," kata warga RW 2 Jalan Perkutut, Titin (28),
Meski telah memiliki kompor gas, Titin mengaku masih takut menggunakannya. Menurut dia, kompor gas miliknya seringkali mengeluarkan bau gas.
"Takut meleduk karena keluar bau gas dari kompor makanya balik lagi ke minyak," ujar dia.
Pantauan detikcom hingga pukul 12.30 WIB, antrian dirigen masih tampak mengular di sepanjang Jalan Perkutut. Dirigen juga dikaitkan dengan tali rafia agar tersusun rapih.
(ptr/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini