Mbah Marijan Dahulu dan Kini...

Mbah Marijan Dahulu dan Kini...

- detikNews
Rabu, 26 Des 2007 07:34 WIB
Merapi - Nama Raden Ngabehi Suraksohargo atau yang lebih terkenal dengan panggilan Mbah Marijan melambung seiring dengan peristiwa meletusnya Gunung Merapi, Yogyakarta pada 2006 lalu.

Mbah Marijan terkenal karena sebagai juru kunci Gunung Merapi, dia tidak mau mematuhi perintah untuk turun gunung oleh Sultan Hamengkubuwono X. Akibatnya, mata dunia pun terbelalak pada sosok renta yang sangat sederhana ini.

Bahkan, saking terkenalnya Mbah Marijan, Pemerintah Jerman yang saat itu sedang menggelar hajatan Piala Dunia bermaksud mengundang Mbah Marijan untuk menghadiri pembukaan piala dunia 2006. Si mbah pun lantang menolak. "Kalau saya ke Jerman, siapa yang mencari rumput sapi saya," tutur Mbah Marijan kala itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana Mbah Marijan saat ini setelah dikenal dunia? Apalagi si mbah saat ini telah menjadi ikon produk jamu "Roso-roso"! Adakah perbedaan dengan si mbah setelah kini lebih 'berada'? Ternyata tidak. Mbah Marijan tetap seperti yang dulu, ramah, rendah hati dan selalu tersenyum menghadapi siapa pun meski belum kenal sama sekali.

"Saya ya tetap seperti ini," ujar Mbah Marijan dengan Bahasa Jawa khasnya saat ditemui detikcom di sela-sela kesibukannya yang terus menerima tamu di saat musim liburan natal dan tahun baru, Senin (24/12/2007).

Mbah Marijan Menuturkan, pascameletusnya Gunung Marapi pada 2006 silam, banyak perubahan pada dirinya. Selain menjadi terkenal, dia menjadi ikon produk jamu yang juga membuat namanya semakin melambung. "Tapi soal honor, itu bukan saya yang mengurusi. Tapi anak-anak saya, dan masyarakat juga menikmati hasilnya," papar pria berusia 80 tahun ini.

Pengalaman lucu pun diceritakan Mbah Marijan saat pengambilan gambar dalam iklan tersebut. "Waktu itu saya diajari agar saya mengangkat tangan saya sambil membawa gelas dan mengatakan 'roso-roso'. Sering diulang," kata Mbah Marijan disambut tawa para pengunjung.

Karena usianya yang semakin renta, Mbah Marijan mengaku sudah tidak kuat lagi melakukan aktivitas sehari-hari semisal berladang dan mencari rumput. "Rumput satu kali mencari biasanya bobotnya 50 kilo. Jadi pundak saya sudah nggak kuat untuk mengangkatnya," cerita Mbah Marijan sambil tertawa.

"Kan sudah minum jamu 'roso-roso' itu mbah?," Mbah Marijan hanya tertawa lebar mendengar pertanyaan tersebut.

Sayangnya, saat ini Mbah Marijan tidak mau lagi difoto bareng dengan pengunjung. Hal ini berbeda dengan setahun setengah lalu tatkala si mbah dengan sabar bersedia meladeni tamu yang hendak berpose dengannya. "Nanti kalau mau difoto tembok saya sudah nggak bisa lagi menampung foto-fotonya," ujar si mbah sembari menunjukkan foto-foto Mbah Marijan dengan berbagai pose yang terpampang di tembok rumahnya.

Si Mbah juga menceritakan, kondisi Gunung Merapi saat ini baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. "Tentang kekhawatiran adanya lahar dingin itu, justru itu adalah rezeki buat warga sekitar," tandasnya.
(anw/ary)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads