Nagoya, 'Kota Jepang' di Batam

Nagoya, 'Kota Jepang' di Batam

- detikNews
Rabu, 19 Des 2007 06:40 WIB
Batam - Kalau Anda jalan-jalan ke Batam, pasti akan langsung akrab dengan Nagoya. 'Kota Jepang' made in Batam itu memang sudah ada lumayan lama.

"Nama itu muncul sejak survei awal pengembangan Otorita Batam, kira-kira tahun 1960-an itulah," kata Asisten Administrasi Umum Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Batam Maaz Ismail pada detikcom di Kantor Walikota Batam, Batam Center, Batam, Selasa (18/12/2007).

Dalam survei awal itu, lanjut Maaz, banyak orang Jepang terlibat dan berkemah di daerah Nagoya. "Nama asli dari Nagoya itu adalah Lubuk Baja," terang dia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas kenapa bisa berubah menjadi Nagoya? Maaz pun menjelaskan kalau itu berubah karena budaya lisan masyarakat. "Waktu survei dulu ketika ditanya mau ke mana, orang-orang jawabnya mau ke tempat orang Jepang itu, Nagoya," jelas dia.

Dari mulut ke mulut, lanjut dia, lama-lama warga Batam terbiasa menyebut nama Nagoya dibanding Lubuk Baja. "Jadilah itu Nagoya. Tapi bukan berarti Jepang berkuasa di sana. Tidak," kelakarnya.

Maklum saja, lanjut Maaz, warga Batam lebih mengenal wilayah daripada nama jalan.

Sedangkan menurut staf Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Desri Mulyono dalam perjalanan menyusuri Kota Batam, Selasa (18/12/2007), Nagoya sekarang menjadi surga belanja.

"Kalau dulu Batam Center pusat kotanya. Sekarang pindah ke Nagoya. Kalau mau beli tas, jam tangan atau parfum murah di Nagoya tempatnya," kata Desri.

Pengamatan detikcom, wilayah Nagoya memang dipenuhi ruko, pusat perbelanjaan, hotel, spa dan jasa pariwisata lainnya. Ruko-ruko itu sekilas serupa dengan ruko yang berada di kawasan Pecinan sekaligus pusat perdagangan elektronik, Glodok, Jakarta Barat. Ruko bertampang kuno.

Biar pun hanya sekelas ruko, penataannya sekelas butik. Jam tangan, tas, dan parfum bermerk terkenal dunia terpajang di papan nama ruko itu. Sebut saja jam tangan Tissot atau Swatch, tas bermerk Bonia, Braun Buffel atau Guess, serta parfum seperti Channel, Etienne Aigner, Kenzo, dan lain-lain.

Karena tak ada bea masuk, lanjut Desri, maka harga barang-barang tadi bisa jauh lebih murah daripada di Jakarta. "Barangnya bermerk lagi. Jadi nggak usah ke Singapura, di sini sebenarnya juga bisa belanja," tuturnya.

Walaupun murah, Desri sangat menganjurkan agar rajin menawar. "Rajin-rajin aja menawar. Nanti kan ketahuan harga aslinya. Asal, tahu saja harga pasarannya di Jakarta," kata dia.

Iseng-iseng detikcom masuk ke sebuah ruko, mencoba menawar sebuah dompet kulit bermerk. Harga yang terbandrol Rp 380 ribu. Lalu ketika ditawar, pramuniaga toko memencet-mencet kalkulator. "Dua ratus ribu," kata dia. Ketika mencoba menawar lagi, harga pun bisa turun. "Pasnya Rp 180 ribu," kata dia.

Begitu juga dengan parfum. Parfum disini dari yang paling murah puluhan ribu rupiah dan ada juga yang mencapai jutaan rupiah. Parfum mini bervolume kurang dari 50 mililiter biasanya berharga puluhan ribu rupiah. Sedangkan di atas itu bisa ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Parfum yang berharga Rp 500 ribu atau Rp 400 ribu, bisa kurang paling tidak Rp 40 ribu-an.

"Tapi kalau mau murah, belinya yang besar Kak. Kalau parfum dan souvenir Singapura, kurangnya cuma bisa dikit," ujar dia.

Ketika mencoba parfum, detikcom agak ragu juga. Di botol tertulis eau de parfum, tapi ketika menyentuh kulit alkoholnya terasa sekali, mirip cologne. Padahal itu harusnya satu tingkat dibawah parfum, yang kandungan alkoholnya rendah.

Pengetahuan kualitas produk tampaknya juga diperlukan agar mendapat barang yang benar-benar berkualitas dengan harga yang ciamik.

Karena hanya berniat menawar, detikcom pun keluar dan menyusuri sore di sepanjang ruko Nagoya. Ruko yang memajang barang bermerk itu diselingi dengan stan kedai kopi yang menjual masakan berbagai etnis. Window shopping di ruko-ruko itu asyik juga. (nwk/mly)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads