Antara Sipir, Jablay dan Toilet

Bisnis Seks di Penjara (1)

Antara Sipir, Jablay dan Toilet

- detikNews
Kamis, 06 Des 2007 08:57 WIB
Jakarta - Dua perempuan muda terlihat asyik ngobrol di kafetaria Rumah Tahanan (Rutan) Salemba. Penampilan keduanya terlihat seksi. Kehadiran dara cantik itu,  tentunya saja jadi pemandangan tersendiri bagi para pembesuk dan narapidana di Rutan tersebut. "Itu Jablay Mas," bisik salah seorang sipir yang kebetulan sedang istirahat di kafetaria itu.

Sipir itu melanjutkan, kafetaria di Rutan Salemba memang sudah menjadi "pangkalan" bagi para Jablay, sebutan untuk perempuan pekerja seks komersial (PSK). Mereka datang khusus untuk melayani para napi di Rutan Salemba.

Kafetaria itu letaknya  persis di samping pintu masuk Rutan. Tempat itu menjadi ruang tunggu bagi pembesuk yang ingin menjenguk napi. Untuk masuk ke kafetaria, pembesuk diwajibkan melapor ke pos penjaga di pintu utama, dengan menaruh tanda pengenal. Setelah diberi kartu pass Rutan Salemba berikut stempel warna merah di tangan, pembesuk disuruh masuk ke ruang kafetaria untuk menunggu sambil melapor ke ke ruang pendaftaran, yang ada di area kafetaria.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ruang tunggu dan pendaftaran di rutan Salemba tempatnya lumayan luas, Lantainya bersih, dan suasananya nyawan. Menurut beberapa sipir setempat, ruang tunggu di Rutan Salemba merupakan tempat yang  paling bagus dibanding penjara-penjara lain di Indonesia.

Ruangan seluas 10 x 6 meter tersebut juga  dilengkapi warung kecil yang menjual aneka makanan dan minuman ringan." Kalau mau beli kondom juga ada di kantin itu," ujar Ayu, Jablay yang biasa  mangkal di Rutan Salemba.

Ayu mengaku dirinya tidak merasa risih berada di area penjara, yang notabene tempat para pelaku kejahatan mendekam. Bahkan ia mengaku sangat aman beroperasi di sana. Sebab pelangganya tidak berani macam-macam. Apalagi ia dan teman-teman seprofesi mendapat jaminan keamanan dari para sipir di rutan tersebut.

Keberadaan para jablay ini memang jadi berkah tersendiri bagi para sipir. Selain  mendapatkan uang dari sewa ruangan untuk ber ah uh ria, beberapa diantaranya ada juga yang merangkap sebagi calo. Para sipir seperti ini biasanya  menawarkan jasa pelayanan seks kepada para napi di Rutan salemba. Ia akan mendapat  bagian dari Jablay  Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu per sekali transaksi.

Tarif para Jablay yang beroperasi di Rutan Salemba berkisar Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu, per sekali kencan, tergantung negosiasi. Soal ruangan tempat yang disediakan terdiri dari beberapa kelas. Ada kelas eksekutif, bisnis, dan ekonomi. Sebab di Rutan itu ada beberapa ruangan yang bisa dijadikan tempat pelepasan hasrat seksual napi. Misalnya di ruang Bagian Hukum dan Pelayanan tahanan (BHPT), ruang penyidikan, atau di ruang meeting sipir. Masing-masing ruangan dilengkapi matras dan kipas angin. Ruangan ini disebut kelas bisnis.

Kalau mau agak mewah dengan fasilitas AC, TV, DVD, dan sofa empuk, ruang tamu Kepala Rutan pun bisa digunakan. Tapi untuk ruangan eksekutif ini hanya bisa digunakan Sabtu dan Minggu. Selain dari itu tidak bisa disewakan.

Tarif sewa ruangan itu tentunya berbeda. Untuk ruang yang disebut kelas bisnis harganya Rp 250 ribu  per satu jam. Sedangkan untuk ruang eksekutif di ruang Kepala Rutan, harga yang  dipatok Rp 500 ribu per 90 menit.

Nah, bagi napi yang berkantong cekak juga tersedia harga sewa kelas ekonomi, seharga  Rp 50 ribu dengan durasi 30 menit. Ruangan yang digunakan adalah toilet.  "Biar di Toilet nggak masalah. Yang penting hasrat bisa tersalurkan," kata Suryo, sebut saja begitu, napi yang menghuni Blok N.

Fasilitas yang disediakan di toilet memang ala kadarnya, yakni hanya sebuah bangku kayu. Toh meski fasilitas terbatas ruang toilet banyak yang diminati. Ini lantaran harganya relatif murah di banding ruangan lainnya.

Pengelola kelas toilet pun berbeda dengan kelas lainnya. Bila ruang kelas bisnis dan eksekutif di kelola sepenuhnya oleh sipir, sedangkan toilet dikelola oleh napi senior yang disebut tahanan pendamping (tanping). Napi ini bertugas menerima uang sewa dan berjaga di depan toilet. Sebab seluruh toilet  pintunya tidak bisa  dikunci dari dalam.

Meskipun dikelola napi, uang hasil sewa sebagian besar disetorkan ke sipir. Hitungannya, 70 %  untuk sipir dan 30 % dibagi napi yang mengelola, termasuk foreman atau kepala suku. " Dalam sehari dan kalau lagi ramai  bisa menghasilkan uang Rp 3 juta dari tiga toilet yang disewakan " kata Rudi, tanping Rutan salemba kepada detikcom.

Para Jablay  pun tidak merasa risih bila harus melayani napi di ruangan yang serba terbatas itu. Misalnya Windi, teman seprofesi Ayu. Secara blak-blakan ia mengatakan, justru merasa lebih senang bila melayani di toilet. Sebab, kata Windi, waktunya relatif singkat, yakni hanya 20 menit sampai 30 menitan. Sehingga ia bisa melayani napi yang lain yang ingin berkencan dengannya.

Windi juga mengaku tidak hanya melayani hasrat seksual para  napi. Para pembesuk yang berminat kencan juga ia layani. Tapi lokasinya hanya di toilet. Sebab ruangan lainnya hanya diperuntukan bagi napi. (ron) (ddg/ddg)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads