"Sebelum kejadian belum ada hubungan per telepon," ujar Brahmani saat menjadi saksi kasus pembunuhan Munir dengan terdakwa mantan dirut Garuda Indra Setiawan di PN Pusat, Jl Gajah Mada, Jakarta Pusat, Selasa (4/12/2007).
Dalam setiap teleponnya, biasanya Polly mengambil topik pembicaraan keimanan. Maklum mereka berdua sama-sama beragama Katolik. Namun setelah kematian Munir menyebar di media, Polly mengajak Brahmani mencari pengacara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah diperiksa oleh penyidik, Polly kembali menelepon Brahmani. Kali ini laki-laki berkumis tipis itu ingin menyesuaikan jadwal pemeriksaannya dengan pramugari Yetty, pramugara Oedi Irianto, dan Brahmani.
"Saya bilang ke Polly, ya sudahlah serahkan saja. Selama tidak bikin apa-apa kenapa takut? Kaya nggak punya Tuhan saja," lanjutnya.
Brahmani juga menceritakan, pada saat penerbangan Garuda dari Jakarta ke Singapura pada 6 September 2004, dia mengetahui pertukaran tempat duduk yang dilakukan Munir dan Polly. Saat itu Polly berujar pada Brahmani, aku tukeran kursi karo koncoku, Mbak. Namun Brahmani tidak menanyakan lebih lanjut mengapa pertukaran tempat duduk dilakukan.
Menurut Brahmani, dalam penerbangan itu Polly bertindak sebagai ekstra kru. Selama perjalanan, dia terlihat tidak duduk tenang, melainkan mondar-mandir di premium bar. "Sebenarnya dia agak mengganggu itu, Pak," katanya kepada hakim.
Terkait dengan pengamanan makana pesawat, Brahmani meyakinkan semua makanan telah dibungkus sedemikian rupa sebelum dimasukkan ke pantry. Namun para petugas katering, petugas kebersihan, dan teknisi, bisa masuk ke dalam pantry.
"Kalau awak kabin, biasanya menghindar. Tapi tetap saja mereka bisa masuk," tandasnya. (ana/sss)