Namun setidaknya dari adu lihai antara petugas dan penyelundup selama empat tahun terakhir, telah tersita ratusan mobil dari berbagai merek terkenal, berikut para tersangkanya yang terdiri dari importir maupun nahkoda kapal.
Para importir nakal umumnya dibekingi sejumlah 'orang kuat' , baik pejabat maupun politisi. "Orang kuat' itu biasanya menelepon kami tapi sekarang kami cuekin saja. Karena masalah ini negara bisa dirugikan milyaran rupiah," kata Dirjen Bea Cukai Anwar Supriyadi saat dihubungi detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Anwar, selain di Batam, kasus penyelundupan mobil terjadi di Entikong, Kalimantan Barat. Para penyelundup memanfaatkan kemudahaan melintas batas Indonesia-Malaysia sesuai perjanjian Malindo 1996 yang memperbolehkan kendaraan-kendaraan pelancong berada di negeri tetangga selama 60 hari.
Setidaknya, menurut catatan Kepolisian daerah (Polda) Kalimantan Barat, dalam sehari minimal satu mobil berhasil diselundupkan. Sepanjang 2006 tercatat sedikitnya ada 4.500 mobil Malaysia masuk ke wilayah Indonesia secara ilegal.
Para penyelundup juga kerap memanfaatkan jalur-jalur darat yang terbuka lebar di sepanjang 800 kilometer perbatasan Sarawak-Kalbar. Atau, melalui pelabuhan-pelabuhan tikus yang jumlahnya mencapai puluhan.
Untuk di Kalimantan Barat tepatnya di Pontianak, jaringan penyelundup ini dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama adalah sindikat dari pencuri mobil di Malaysia, kelompok ke dua merupakan tim pembawa atau kurir yang umumnya diberikan upah yang cukup besar dari pemilik mobil. Kelompok ketiga adalah penadah yang mempunyai jaringan orang kuat di Jakarta.
Selain kemudahan melintas di perbatasan, para penyelundup memanfaatkan sikap warga Malaysia yang acuh tak acuh jika kehilangan mobil. Pasalnya, hampir semua warga Sarawak telah mengasuransikan mobil. Jadi, mereka tak risau jika kendaraannya dicuri sebab dipastikan akan mendapat ganti mobil baru yang sejenis.
Dari Pontianak, mobil-mobil Malaysia itu biasanya diselundupkan lagi dengan memanfaatkan jalur pelayaran antarpulau ke Jakarta. Aksi penyelundupan itu berjalan aman dan lancar karena pengurusan dokumen pelayaran antarpulau tak serumit mengurus izin perdagangan internasional. Belum lagi di pelabuhan yang dituju ada oknum petugas yang siap menunggu untuk melindungi mobil-mobil itu. (ron/ddg) (ddg/ddg)