Demikian disampaikan Direktur Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Bali Ni Nyoman Sri Widiyanthi usai workshop Meliput Isu Perubahan Iklim di Denpasar di Desa Budaya Kerta Langu, Jl By Pass Sanur, Denpasar, Senin (26/11/2007).
"Kelompok masyarakat yaitu petani, nelayan adalah kelompok yang paling terkena dampak perubahan iklim tersebut," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal serupa dihadapi para petani di Desa Kedisan, Kintamani, Kabupaten Bangli yang kesulitan menentukan masa tanam bawang sehingga panen seringkali gagal.
Salah seorang petani, I Ketut Geden menuturkan, dulu ia selalu tepat menentukan musim tanam. Beberapa tahun terakhir, musim berubah dan panennya sering gagal. Pola tanam juga bergeser. Ia juga mengeluhkan curah hujan yang sedikit dari tahun ke tahun. "Sekarang menyiram tanaman dua kali sehari, kan biaya makin banyak," katanya.
Selain soal perubahan musim, strategi pembangunan lingkungan yang tidak terkonsep di Bali juga memperburuk masa depan lingkungan Bali. Direktur Yayasan Wisnu, sebuah lembaga pemerhati lingkungan, Made Suarnatha mengatakan kawasan Seminyak, Kuta, sebagian sawah berubah menjadi villa yang tak terkontrol. Padahal di kawasan itu adalah daerah hijau.
"Jangan sampai isu global warming ini melupakan kesalahan Bali karena pemerintah lokal melalaikan kelestarian lingkungan," kata Suar. (gds/djo)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini