Ada RS Mewah, Masyarakat Nias Selatan Tetap Pilih Cara Tradisional

Ada RS Mewah, Masyarakat Nias Selatan Tetap Pilih Cara Tradisional

- detikNews
Minggu, 25 Nov 2007 19:55 WIB
Jakarta - Kendati sudah dibangun rumah sakit berbiaya Rp 5 miliar, ternyata masyarakat di Pulau Tello masih enggan berobat ke rumah sakit. Mereka masih lebih percaya kepada pengobatan tradisional. Jadinya, rumah sakit itu lebih banyak lengang.
 
Rumah Sakit Umum Tello, yang berada di Desa Loboi, Pulau Tello, Kecamatan Pulau-pulau Batu, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara (Sumut), secara resmi mulai beroperasi sejak 15 Maret 2007. Namun menurut Kepala Rumah Sakit, Yulia Yustina Marampak, masih terhitung sedikit pasien yang datang ke rumah sakit tersebut.
 
"Masyarakat masih takut untuk berobat. Mereka khawatir dengan biaya pengobatan karena melihat rumah sakit yang mewah. Padahal tidak demikian, karena biaya rawat inap hanya berkisar Rp 15 ribu per hari. Itu sudah termasuk makan. Masalah biaya murah ini juga sudah disosialisasikan kepada masyarakat, melalui rapat desa, pertemuan-pertemuan lainnya," kata dr Yulia yang berbicara melalui telepon kepada wartawan di Medan, Minggu (25/11/2007).
 
Rumah sakit mewah ini dibangun atas donasi dari Medical Assistance Programe (MAP) Internasional dan Yayasan Surya Kebenaran Internasional, merupakan bagian dari kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Kepulauan Nias yang dikoordinir oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Perwakilan Nias. Fasilitasnya antara lain berupa 47 tempat tidur, termasuk 10 untuk balita. Kemudian fasilitas pendukung seperti ruang Unit Gawat Darurat, laboratorium, radiologi, ruang operasi, Farmasi dan rawat gigi. Sementara pelayanan didukung 35 dokter, termasuk dokter spesialis.
 
Pada awalnya, rumah sakit ini direncanakan untuk menangani masalah kesehatan penduduk yang berada di Kecamatan Pulau-pulau Batu dan sekitarnya, yang berupa gugusan kepulauan. Terdapat 101 pulau kecil di kawasan ini, namun hanya beberapa pulau yang didiami, yaitu Pulau Tello, Tanamasa, Sibaranum, Pini dan Hibala.
 
Menurut Yulia, dokter yang berasal dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan ini, penyakit yang banyak diderita masyarakat di daerah ini adalah TBC dan Gizi Buruk. Selain itu, tingkat kematian usia muda termasuk tinggi. Temuan selama dua tahun terakhir ini, dari 304 anak yang didata dengan usia 1 hingga 2 tahun sedikitnya 42 anak dinyatakan positif gizi buruk. Namun, ternyata masyarakat tidak menjadikan rumah sakit itu sebagai rujukan untuk pemulihan kesehatan.
 
"Jika sakit, masyarakat Pulau–pulau Batu lebih cenderung mengkonsumsi obat ringan yang dijual di warung-warung ketimbang berobat ke rumah sakit,” kata Yulia.
 
Selain masalah khawatir dengan biaya berobat, sebenarnya aspek transportasi juga menjadi masalah. Sumber penghasilan yang minim menyebabkan mereka sulit secara ekonomi dan upaya pemeliharaan kesehatan. Untuk datang berobat ke RS Tello, penduduk yang mendiami beberapa pulau kecil harus membiayai ongkos transportasi melalui laut yang berbiaya cukup mahal.
(rul/gah)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads