'Suit Gampar' Ala Maharaja, Raja Kecil, dan Punggawa SMA 70

'Suit Gampar' Ala Maharaja, Raja Kecil, dan Punggawa SMA 70

- detikNews
Selasa, 13 Nov 2007 16:26 WIB
Jakarta - Meski kerap disangkal, fakta berbicara: yunior harus tunduk pada senior. Nostalgia SMA tidak lepas dari kenangan ini. Seperti main 'suit gampar' di SMA 70 Bulungan, Jakarta Selatan.Senioritas di SMA menjadi sorotan ketika kasus kekerasan kakak kelas SMA 34 Pondok Labu Jakarta menimpa adik kelasnya, Muhammad Fadhil Sirath (16). 5 Siwa yang tergabung dalam anggota Geng Gazper menjadi tersangka.Meski berskala kecil, kekerasan saat SMA turut menjadi kenangan selain masa indah tertawa dengan teman-teman. Seperti halnya bermain 'suit gampar'.Kisah ini disampaikan F Hakim, alumni Rezim 1994 dalam surat elektroniknya kepada detikcom, Selasa (13/11/2007). SMA 70 memang memberi nama berbeda untuk setiap angkatan, seperti Rezim."Senioritas saat itu sangatlah menggurita. Kelas 3 adalah maharaja. Kelas 2 adalah raja kecil. Kelas 1 bak punggawa yang harus menuruti apa pun kata kakak kelasnya," cerita Hakim.Kalau sedang tidak ada kerjaan, lanjut dia, biasanya senior kelas 3 akan iseng memanggil juniornya dan mengajak bermain 'suit gampar'."Sebelum mulai, si senior akan menjelaskan peraturannya: 'Ayo kita suit. Kalau gue menang, elo gue gampar. Kalau gue kalah, elo yang digampar'. Maka selanjutnya sang junior pun hanya pasrah menerima nasib," tutur Hakim.Inti permainan, menang atau kalah bermain suit, junior digampar senior.Anak kelas 1, sambung dia, jangan harap bisa membawa motor ke sekolah. "Lha wong kalau diantar mobil saja harus turunnya jauh dari pintu gerbang, supaya tidak terlihat kakak kelasnya," sebutnya."Pernah ada yang nekat bawa motor, alhasil saat bubaran, itu motor lokasinya sudah pindah beberapa ratus meter dengan bagian-bagian yang sudah tidak lengkap," kata Hakim.Sering pula siswa kelas 2 atau 3 'piknik' ke kelas 1 sambil membawa topi. Menurut Hakim, kakak kelas akan memberikan pesan kepada ketua kelasnya, "Nanti siang pas jam istirahat kembaliin topinya penuh dengan recehan ya."Tak jarang anak kelas 1 dimintakan 'tolong' beli rokok sebungkus, tapi hanya diberi uang Rp 100. "Kurangnya tambahin ya," cerita Hakim meniru ucapan kakak kelas.Itu sebabnya, lanjut dia, setiap angkatan mempunyai namanya masing-masing, agar solidaritas senasib sepenanggungan dapat dipikul bersama.Nama tiap angkatan baru pun baru diakui secara de facto oleh kakak kelasnya kalau angkatan baru itu sudah 'unjuk gigi' dengan menyerang sekolah lain, terutama STM. Maka, siswa atau alumni 70 biasanya lebih familiar menggunakan nama angkatan dibanding tahun angkatan untuk merujuk seseorang."Angkatan saya bernama Rezim, di atas kami bernama Legiun, dan di bawah kami bernama Ekstrimis. Tiap angkatan pun punya tempat nongkrong dan teritori sendiri di sekitar sekolah," tutur Hakim.Menjelang akhir tiap tahun ajaran, ada satu momen yang menggambarkan perebutan kursi penguasa dari kelas 3 yang hampir lulus oleh angkatan di bawahnya (kelas 2) yang dinamakan 'Kudeta'.Pada hari itu (biasanya hari terakhir kelas 3 masuk sekolah menjelang Ebtanas), siswa kelas 3 yang datang ke sekolah akan gantian dicegat dan dipukuli beramai-ramai oleh kelas 2. Memang tak ada yang kalah dan menang. Tapi setelah hari itu, maka siswa kelas 2 resmi menjadi raja baru sekolah."Walau sudah 16 tahun silam, masih jelas terngiang berbagai kisah SMA yang sering membuat tertawa. Masa SMA itu memang masa yang sulit dilupakan," ucapnya sambil menuliskan petikan reffrein lagu "Nostalgia SMA" yang didendangkan Paramitha Rusady.Nostalgia SMA kitaIndah lucu banyak ceritaMasa-masa remaja ceriaMasa paling indahNostalgia SMA kitaTakkan hilang begitu sajaWalau kini kita berduaMenyusuri cinta... Ingin bernostalgia tentang geng sekolah? Atau sekadar diskusi? Silakan di detikForum. (sss/ana)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads