Nikah di Tengah Banjir, Tamu Naik Bangku ke Pelaminan
Minggu, 11 Nov 2007 15:07 WIB
Jakarta - Banjir tak membuat Ika dan Dodo menyurutkan langkah berikrar sehidup semati. Warga RT 9/RW 3 Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini tetap melangsungkan akad nikah plus resespsi pernikahan.Padahal, pantauan detikcom, Minggu (11/11/2007), gang tempat resepsi mereka banjir lumayan tinggi, dari selutut hingga sepinggang.Di mulut gang banjir sudah selutut, dan merambat naik sepinggang orang dewasa ketika mendekati panggung pelaminan yang menutup jalan gang.Pelaminan pun dibuat dari meja yang disusun sehingga membentuk panggung seluas 10x5 meter dan dialasi karpet. Beruntung air tak sampai merembes ke karpet, karena panggung dan permukaan air masih berselisih 20 sentimeter.Nah, tamu-tamu yang datang cukup kerepotan menuju pelaminan untuk menyalami raja dan ratu sehari itu. Tak kurang akal, bangku panjang ala warung tegal pun didatangkan. Tampak 10 bangku yang disiapkan, masing-masing 5 untuk tamu yang datang maupun pulang.Disambut banjir selutut, para tamu undangan yang berpakaian rapi harus mengangkat celana maupun kain kebaya atau roknya. Setelah itu, mereka harus berbaris satu persatu menaiki bangku panjang menuju pelaminan.Bangku yang licin membuat mereka berhati-hati melewatinya, kalau tak mau dandanan amburadul karena kecemplung air. Beberapa tamu di antaranya adalah ibu-ibu yang menggendong dan menuntun anaknya. "Aduh! Ati-ati, aduh," kata para tamu. "Wah saya baru tahu kalau banjir. Tapi ya memang tiap tahun banjir. Lucu aja ini, nikah-nikah kebanjiran," ujar salah satu kerabat mempelai, Irom.Sebagian panggung pelaminan dibuat tamu untuk makan. Sebagian tamu lagi, makan di lantai 2 rumah mempelai yang lantai satunya ikut terendam banjir. Bangku panjang juga dijejer untuk masuk ke rumah itu.Sementara raut wajah bahagia tak lepas dari Dodo yang mengenakan jas hitam dan Ika yang mengenakan kebaya putih berkerudung. Akad nikah telah dilangsungkan di atas panggung pukul 13.00 WIB, sebelum resepsi. Cuma ada yang kurang, musik yang biasanya menghiasi pesta pernikahan tak terdengar. Maklum, listrik di kampung itu mati."Yah, yang penting kan ijab kabul. Kalau saudara-saudara kan sudah tahu semua, ini langganan banjir," kata saudara Dodo, Pak Iwan, yang menjaga parkir di ujung gang.
(nwk/nrl)