Madi, Potret Tukang Cukur DPR

Madi, Potret Tukang Cukur DPR

- detikNews
Jumat, 09 Nov 2007 16:13 WIB
Jakarta - Madi (60) tetap setia dengan pekerjaannya: tukang cukur di bawah pohon rindang (DPR). Ia telah memulai rutinitasnya sejak 40 tahun lalu, saat ia menginjakkan kaki pertama kali di Jakarta.Sebelumnya, Madi telah mengasah kemampuan mencukur selama dua tahun di kampung halamannya di Indramayu, Jawa Barat."Sejak Tanjung Priok belum seramai sekarang. Tahun 1967 saya ke sini, langsung buka praktik tukang cukur," kata Madi saat ditemui detikcom, di tempat praktiknya, Jl Berdikari, Jakarta Utara, Jumat (9/11/2007).Dan selama itu, ia tidak beringsut sedikit pun. Madi tetap setia membuka lapak tukang cukur di belakang Pasar Rawabadak, Jakarta Utara. Dengan setia, kakek empat cucu ini mulai beraktivitas mulai pukul 07.00 WIB dan mengakhiri setelah pukul 17.00 WIB."Wah dulu ramai, tidak seperti sekarang. Sepi. Dulu sini tempat nongkrongnya anak muda. Sampai harus antre buat dicukur," kenang Madi.Menurutnya, saat bisnis ini masih bersinar, puluhan orang memilih berprofesi seperti dirinya. Mereka berjajar di tepi jalan, di bawah pohon rindang yang asri.Perlahan, Madi dan tukang cukur DPR lainnya tergerus kemajuan zaman. Pelanggannya itu-itu melulu, sementara anak muda lebih memilih salon modern untuk memapras rambut. Dari puluhan tukang cukur DPR, sekarang tersisa tiga orang."Lumayan, dengan begini dapat nyekolahin anak hingga SMP," ucap Madi bersyukur.Kini, dengan ongkos Rp 5.000 setiap kali potong, ia dapat menikmati masa tuanya dengan nyaman. Punya aktivitas, sehat dan dapat makan enak bersama istrinya, Wardah (54). Enak menurutnya adalah makan ayam goreng seminggu dua kali, nasi empuk, dan sayur lodeh."Kalau cucu pada di rumah (kampung). Nggak pada nerusin di sini," pungkas Madi. (Ari/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads